Image

Beautiful Target Part (4)

Author : Giadore Shin

@AyuWon92

Cast :

*Kim Jong Won a.k.a Yesung

*Jung Hyun Jin 

Guest Cast :

*Choi Rae hee

*Kim Heechul

*Choi Siwon

*Shin Hyebin

Genre : Drama

Rating : T

Length : Multi-Chaptered

Disclaimer : This story is mine! Pure from my imagine. Just for fun. 

 

 

Happy Reading!!

 

***

(Backsound : Super Junior – Gulliver)

***444***

Previous part

Heechul dan Rae hee terkejut saat melihat Hyun Jin dan Yesung begitupun sebaliknya.

“Ka-kalian??!!”

***444***

Part IV begin……

Boulecard Residence, 407 Cheon-Dung Street.

Choi’s Family House on 07.15AM

Malam berganti pagi yang sejuk. Matahari sudah menampakkan wujudnya namun hangatnya terselimuti oleh musim dingin yang dimulai pagi ini. Penghangat ruangan pun tampak menyala disebuah ruangan di rumah mewah milik keluarga Choi. Namun berbeda dengan sikap beberapa dari anggota keluarga Choi. Tuan Choi bisa lihat itu dari sikap anaknya, Rae hee beserta Yesung dan Hyun Jin. Mereka tampak diam dan…sedikit kaku; kerutan dikening Tuan Choi makin bertambah saat sang istri, Nyonya Choi melirik pada suaminya dengan wajah yang meminta penjelasan.

Tuan Choi meneguk air putih dari gelasnya lalu mengambil serbet yang terletak dipangkuannya dan membersihkan sudut bibirnya. Matanya tak lepas dari tiga anak manusia yang terlihat aneh dipandangannya.

“Bisa kalian beritahu, sebenarnya apa yang terjadi semalam?” Tuan Choi membuka suaranya setelah berdehem pelan. Pertanyaan Tuan Choi berhasil membuat tiga anak manusia itu mendongkak cepat secara bersamaan yang membuat Nyonya Choi menggeleng.

Raehee menoleh gusar pada Hyun Jin begitupun Hyun Jin; matanya mengerjap bingung. Namun berbeda dengan Yesung, meski pertanyaan Tuan Choi cukup membuatnya hampir tersedak, dia cukup pandai menjaga sikapnya. Acuh tak acuh.

Melihat tak adanya respon dari mereka, Tuan Choi hanya menghela nafas, “Baiklah kalau begitu, Appa tidak memaksa kalian untuk menjawab. Tapi bisakah suasana pagi ini lebih hangat, eum?”

***

Hyun Jin membaringkan tubuhnya diatas tempat tidurnya; menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu mengusapnya kasar. Pipinya tampak memerah. Pertanyaan Tuan Choi tadi mengingatkannya pada kejadian tadi malam. Dia benar-benar tak menyangka Raehee akan memergokinya dengan posisi yang sangat memalukan.

“Hwaaaa…”

Hyun Jin menutup wajah merahnya dengan guling bersarung angry bird-nya.

‘Yesung brengsek!’ rutuknya dalam hati.

Hyun Jin bangkit dari tidurnya setelah mendengar ketukan di pintu kamarnya. Dia membiarkan guling-nya jatuh begitu saja. Dengan malas dia melangkah menuju pintu. Dia meneguk ludahnya dengan susah payah saat mendapati Raehee berdiri didepan pintu kamarnya. Apalagi ini? Batinnya.

“Boleh aku masuk, onnie?”

Pertanyaan Raehee mengembalikkan kesadaran Hyun Jin yang tengah melamun. Dengan tersenyum kaku, Hyun Jin mempersilahkan Rae hee untuk masuk.

Setelah menutup pintu kamarnya, Hyun Jin mengikuti Rae hee yang tengah duduk ditepi ranjangnya. Hyun Jin bisa melihat Raehee memungut guling Hyun Jin yang jatuh dilantai lalu meletakkannya dipangkuannya. Hyun Jin mengambil tempat disamping Rae hee; tangannya tak lepas mengusap telinganya; sikapnya jika sedang gugup. Ditambah lagi, saat ini Raehee sedang menatapnya dengan wajah yang penuh pertanyaan.

“Onnie, boleh aku bertanya sesuatu?”

Benarkan!

Hyun Jin mengangguk, “Ya, apa itu?”

“Sebenarnya apa hubungan kalian?”

Kening Hyun Jin berkerut, “Kalian?”

“Nde, Onnie dan Yesung Oppa. Apakah kalian pasangan kekasih?”

GLEK!

Hyun Jin mengalihkan tatapannya dari Raehee, tenggorokkanya mendadak sembelit; susah untuk menelan.

“Hahah….apa maksudmu, Hee-ya?” Hyun Jin malah tertawa sumbang. Pertanyaan macam apa itu! Batinnya pusing.

“Bukan apa-apa.” Raehee tersenyum lalu memegang tangan Hyun Jin setelah sebelumnya meletakkan guling yang dipegangnya. “Aku setuju jika Onnie berhubungan dengan Yesung Oppa.” Hyun Jin menganga; matanya menatap Raehee tak percaya. “Dia Oppa terbaik sekaligus pria terbaik dan Onnie adalah wanita terbaik yang cocok untuknya.” Hyun Jin masih belum mempercayai ucapan gadis polos didepannya.

Pria terbaik? Lelaki dingin dengan wajah tanpa ekspresi; jarang tersenyum dan sangat kaku. Apa itu termasuk definisi pria terbaik? Huh, Absolutely NOT!

***

Yesung memasukan cemilan kedalam mulutnya; mengunyah lalu menelannya. Mata sipit itu terlihat fokus pada siaran yang tengah ditayangkan di sebuah channel TV. Toples yang berisi cemilan itu tampak nyaman ditangan besarnya.

“Oppa..”

Suara wanita membuatnya harus mengalihkan pandangannya dari benda mati itu.

“Raehee? Duduklah,” ucap Yesung sambil meletakkan toples cemilan keatas meja.

“Ada apa, eum?” Yesung menatap adiknya dengan senyuman kaku. Setelah kejadian pemergokan malam itu, membuatnya merasa malu dan bingung didepan adiknya itu. Raehee menyadari senyum itu. Tidak pernah didapatinya senyum aneh itu dibibir Yesung sebelumnya.

“Aku tidak akan bertanya tentang kejadian itu.” Yesung menelan ludahnya dengan susah payah. Dia mencoba rileks dengan menyandarkan punggungnya disofa biru laut yang tengah mereka duduki dan mengalihkan pandangannya ke siaran TV.

“Lalu, apa yang ingin kau tanyakan, em?” Yesung kembali meraih toples yang ada diatas meja; mulutnya mencoba menelan cemilan yang mendadak berubah menjadi kerikil.

Rae hee juga ikut menyandarkan punggungnya malas lalu menghela nafasnya gusar. Ada sesuatu yang ingin dia utarakan namun itu juga yang membuatnya gugup

“O-oppa..?”

“Hmmm…” Yesung menggumam pelan namun bisa didengar Raehee. Mulut pria itu terlihat sesak dengan cemilan; pipinya terlihat mengembung. Matanya masih tetap fokus..ah bukan maksudnya berusaha untuk fokus pada siaran TV.

Raehee terlihat kesal melihat respon sang Oppa, bagaimana mungkin ekspresinya seserius itu melihat TV yang sedang menayangkan iklan susu untuk ibu hamil. Astaga!

“Oppa, apa kau sering membayangkan Hyun Jin Onnie setelah menciumnya??”

UHUK UHUK!!

“Oppa, gwencaha-yo???” Rae hee kaget melihat sang Oppa yang tersedak cemilannya.

Yesung menepuk-nepuk dadanya yang tersumbat cemilan. Dengan cepat tangannya menyambar jus yang ada dimeja; menghabiskannya dengan sekali teguk.

Nafasnya terengah-engah seperti habis lari sprint tiga kilometer. Pertanyaan Raehee membuatnya jantungan.

Dia tak menyangka adiknya yang polos bisa bertanya seperti itu.

Pertanyaan macam apa itu? Sepertinya dia harus mencari tahu siapa yang mengajarkan adiknya yang polos tentang hal-hal aneh itu.

Yesung bisa merasakan pipinya memanas. Telinganya pasti sudah merah semerah kain kirmizi.-,-

Raehee-ku yang polos kenapa jadi begini? Batinnya.

“Aishh, makanya kalau makan jangan melamun, Oppa!” gerutu Raehee sambil mengambil toples yang terjatuh dan membersihkan remah-remah cemilan yang bercecer dilantai dengan tissue.

“Hee-ya!”

“Nde?”

Raehee mendongkak menatap Yesung sambil mengibaskan tangannya dari debu. Dia kembali duduk disamping Yesung dengan kening berkerut saat melihat tatapan aneh dari Yesung.

“Sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Heechul?”

Kerutan dikening Raehee semakin bertambah, “Heechul? Nugu?”

“Pria yang semalam bersamamu.”

Oh jadi namanya Heechul.

“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa bersama?”

Gantian Raehee yang mendadak kejang. Bingung, gugup dan pipinya mengeluarkan semburat kemerahan. Dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Yesung.

“Tidak terjadi apapun. Bahkan aku tidak mengenalnya,” ucap Raehee sedikit kesal melihat tatapan menyelidik dari Yesung. “Itu semua juga karena kami melihat Oppa dan Hyun Jin Onny yang hampir…ya pokoknya aku tidak mengenalnya,” ucap Raehee bernada final tanpa menyadari wajah Yesung kembali merah saat mendengar kalimat Raehee.

Bocah ini!!

***

The Next Day,

Cheon-Dung Supermarket on 10.14AM

Hyun Jin berjalan penuh semangat menyusuri tiap rak-rak di supermarket dengan tangan mendorong troli yang hampir berisi bahan makanan. Rasanya sudah lama sekali dia tidak berbelanja seperti ini mengingat kejadian dimana dia harus ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Tak terasa kejadian iu sudah berlalu tiga bulan yang lalu. Dia tak menyangka bisa bertahan hidup; meski dia mengakui ini semua juga karena Si-Tuan-Kepala-Besar. Kalian tahu siapa yang dia maksudkan? Hahah..Hyun Jin terkekeh mengingat saat ini pria itu tengah berjalan dengan malas dibelakangnya. Dia tahu pria sejenis Tuan-Kepala-Besar itu pasti membenci hal-hal yang berhubungan dengan belanja. Mohon digaris bawahi!

Oke, Hyun Jin bisa lihat itu jika sesekali matanya pura-pura memilih-nmilih makanan yang ada di rak.

Alasan lain kenapa Hyun Jin untuk meninggalkan pria itu dibelakangnya sebenarnya bukan itu. Sederhana saja, jika dia melihat pria itu maka wajahnya akan memerah. Ya kalian tahu tentang kejadian tempo hari, bukan?

Tuhkan pipinya memerah lagi..

Haisshh..lupakan saja!

Sepertinya Yesung juga begitu. Mungkin juga sambil merutuki Nyonya Choi yang menyuruhnya menemani Hyun Jin belanja. Mengingat ari ini Choi’s family sedang mengadakan perjalanan ke daerah Kwango-do. Nyonyai Choi bilang mereka ingin mengadakan pertemuan dengan sahabat keluarga mereka; keluarga Kim.

Baiklah sepertinya aku tidak diminta untuk memikirkan itu, batinnya.

Meski malas, Yesung tetap mengikuti setiap langkah Hyun Jin. Dia tak habis pikir, kenapa setiap wanita rela menghabiskan waktu mereka dengan hal-hal menjenuhkan seperti ini. Gadis didepannya itu terlihat sangat bersemangat memasuki setiap barang-barang yang dipilihnya. Sesekali tangannya sibuk mengambil dan mengembalikan barang-barang itu ke rak.

Ck, menjenuhkan sekali!! Teriaknya dalam hati.

Yesung memalingkan wajahnya saat Hyun Jin menoleh padanya dengan alis yang bertaut. Pria itu menghela nafasnya bosaaaann.

Tanpa diketahui Yesung, Hyun Jin sudah menahan tawanya melihat ekspresi menyedihkan dari Tuan-Kepala-Besar itu.

Hahaha..sepertinya hari ini akan sangat menyenangkan!

Senyum jahil terukir dibibirnya.

***

Mobil mewah melintas dijalan tol menuju daerah Kwango-do. Raehee tengah menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Menikmati pemandangan luar yang lebih menarik perhatiannya. Tapi fokusnya bukan kesana. Pikirannya kembali pada pembicaraannya dengan Ahjumma Kim; Ahjumma kesayangannya. Dia masih ingat betapa gembiranya sang Ahjumma saat dirinya menerima tawaran wanita paruh baya itu untuk menjodohkan dirinya dengan putar tunggal keluarga Kim itu. Kenapa dia tidak menolak? Well, mengingat Raehee sangat menyayangi Kim Sohee; Ahjumma cantik kesayangannya itu. Tapi yang membuatnya masih berpikir adalah mengingat dirinya masih seorang mahasiswa. Ya, seperti yang bisa kita lihat, jika sudah ada perjodohan pasti ujung-ujungnya pasti menikah. Cepat atau lambat.

Menikah?? Married??

Punya suami??

Oh ayolah, aku masih dua puluh tahun dan mahasiswa!

Mmm..kalau pria itu tampan, baik hati dan hangat sepertinya tidak masalah tapii kalau sudah tua, jelek dan kasar, bagaimana???

Andwae!!

Nyonya Choi tersenyum ketika melirik putri tunggalnya yang sedang menggeleng-gelengkan kepalanya gusar. Dia tahu apa yang ada dipikran putri cantiknya itu.

“Kau berubah pikiran, chagi??”

Suara Nyonya Choi menyentak Raehee dari lamunanya. Gadis itu menatap Nyonya Choi lalu menggeleng ragu.

“Menurut Omma, apa anak Ahjumma Kim itu tampan, muda dan hangat??”

Nyonya kembali tersenyum. Inilah yang menjadi keraguan sang putri.

“Kau bisa bayangkan sendiri seperti apa Ahjumma Kim Sohee dan Ahjussi Kim Gunhee. Bukankah mereka cantik dan tampan, eo?”

Raehee kembali membayangkan wajah Ahjumma dan Ahjusiinya.

“Cantik dan tampan,” gumamnya pelan. Perlahan bibirnya mulai tersenyum. Dia tak bisa membayangkan bagaimana wajah putra keluarga Kim itu yang berpadukan unsur cantik dan tampan sekaligus.

Tunggu! Tampan dan cantik?? Sepertinya aku pernah melihat wajah seperti itu. Tapi dimana ya??

Ah paling kebetulan saja.

Ya…itu benar.

Baiklah, kekhawatiran itu sepertinya sudah terselesaikan. Raehee tersenyum manis dan bernafas lega.

Nyonya Choi hanya tersenyum sambil melirik Tuan Choi dari kursi pengemudi yang juga tersenyum melihat senyum manis putrinya.

***

Hyun Jin dan Yesung tengah mengantri di meja kasir. Hyun Jin tampak memeriksa setiap belanjaannya, Yesung yang berdiri tepat dibelakangnya hanya berdiri dengan malas dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya.

Tangan Hyun Jin berhenti memeriksa setiap barangnya yang ada di troli. Dengan ragu dia berbalik pada Yesung. Menatap pria itu dengan ragu membuat Yesung yang merasa diperhatikan membalas tatapan gadis itu. “Mwo? Kau mau bilang aku tampan agar aku mau membayar belanjaanmu itu, eo? Tidak perlu, karena aku memang tampan.”

Hyun Jin berdecak sebal; memandang prihatin pada Tuan-Kepala-Besar itu.

Pria aneh!

Hyun Jin berdehem pelan; matanya melirik antrian di meja kasir yang kini menyisakan satu pelanggan lagi; itu berarti sebentar lagi gilirannya.

“Bukan begitu. Mm..bolehkah aku minta tolong padamu?” ucap Hyun Jin ragu. Yesung kembali menatap Hyun Jin dengan wajah bertanya. Hyun Jin mengjembuskan nafasnya gugup mengingat saat ini tubuhnya yang menghadap Yesung dalam jarak yang cukup dekat. Yesung mengerjapkan matanya tak percaya saat Hyun Jin melambaikan tanganya; yang meminta Yesung untuk lebih dekat padanya. Mungkin malaikat dalam hatinya sedang beraksi membuat Yesung mendekat dan perlahan menunduk saat Hyun Jin menyuruhnya. Yesung gugup saat dia merasakan nafas Hyun Jin ditelinganya. Gadis itu berbisik ditelinga dan itu cukup ampuh membuat denyut jantungnya menggila namun bertambah gila saat dia mendengar isi bisikan wanita itu. “MWOO!!” teriaknya kencang dan reflek menjauhkan dirinya dari Hyun Jin. Matanya terbelalak menadakan ketidakpercayaannya pada permintaan tolong gadis itu. Dia berdehem pelan dan membungkuk singkat pada saat menyadari suaranya terlihat mengundang perhatian orang. Matanya kembali menatap gadis itu dan jantungnya kembali berdenyut cepat bahkan dia mencoba mempercayai penglihatannya.

Ekspresi apa itu??

“Jebal. Kalau aku yang mengambilnya maka akan lebih lama.” Hyun Jin mengarahkan pandangannya pada meja kasir. “Kita akan menunggu lagi.”

Hyun Jin menatap Yesung dengan wajah melas dan membentuknya se-innocent mungkin. Selama ini ekspresi itu adalah keahliannya dan sepertinya saat ini adalah waktu yang tepat menunjukkannya pada si Tuan-Kepala-Besar itu.

Sial, umpat Yesung. Saat ini dia sudah berdiri diantara rak yang berisi barang permintaan gadis itu. Matanya memandang kaku sekelilingnya. Dia bisa lihat wanita-wanita disekitarnya tersenyum melihat tingkahnya. Yesung menggeram kesal; dengan cepat mengambil barang yang berbungkus plastik pink itu; mencoba mengabaikan pandangan geli dari pengunjung wanita.

“Ehh…” Yesung tersentak saat membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang ahjumma berdiri dibelakangnya sambil tersenyum geli. “Beruntung sekali wanita memiliki pria sepertimu,” ucapnya sambil berlalu. Meninggalkan Yesung dengan muka merah padam sambil mencengkram erat bungkusan itu.

Hyun Jin yang sedang membayar dimeja kasir tertawa geli dan membuat wanita penjaga kasir memandangnya aneh; namun dia tak peduli. Hatinya bahagia bisa mengerjai pria itu. Bayangan bentuk wajah Yesung yang memerah dan tegang terlihat lebih hidup dimatanya; setidaknya itu adalah salah satu ekspresi manusia. Bukan begitu? Hahahha..

Dan satu penemuan lagi, sekarang dia punya jurus ampuh untuk membuat pria itu tidak menolaknya.

Ahahahh..

***

Hyun Jin masih belum bisa menahan senyum gelinya melihat bentuk wajah Yesung. Gadis itu bisa melihat telinga Yesung yang sedikit memerah karena menahan geram.

“Kau puas mempermalukanku, hah?”

Hyun Jin berdehem pelan. Memasan ekspresi sedatar yang ia bisa meski dia hampir meledak melihat wajah kesal Yesung yang sangat langka dimatanya. Hyun Jin mencoba mensejajarkan langkahnya pada Yesung saat ini mereka bersiap keluar dari supermarket dengan dua bungkus plastik putih di tangan Hyun Jin dan satu plastik ditangan Yesung.”Aku tidak mempermalukanmu. Aku kan hanya minta tolong.”

Hyun Jin menghentikan langkahnya saat Yesung memandangnya; membuat Hyun Jin sedikit gugup melihat mata sipit itu, “M-mwoo??”

Yesung menghela nafas sambil membuang pandangannya sejenak lalu kembali menatap Hyun Jin, “Jangan pernah menunjukkan wajah (ekspresi) seperti itu lagi dihadapanku. Arra!”

Yesung kembali berjalan; meninggalkan Hyun Jin yang melongo ditempat.

Aku bisa gila, batin Yesung frustasi.

“Hyun Jin-ssi!!”

Hyun Jin tersadar dari lamunannya dan mencari sumber suara yang baru saja memanggilnya dan matanya menangkap pria tampan dengan mata sipit-meski lebih sipit si Tuan-Kepala-Besar- dari arah pintu masuk supermarket. Dia bisa lihat pria itu melambaikan tangannya pada Hyun Jin ; gadis itu tersenyum, “Zhoumi-ssi?”

Pria itu berjalan menghampirinya setelah sebelumnya berpapasan melewati Yesung yang meliriknya tajam. Dirinya yang lain mulai bangkit saat dia membalikkan badan untuk melihat pertemuan pasangan itu. Matanya menangkap senyum manis dibibir Hyun Jin yang ditunjukkan pada pria itu.

“Cihh~”

Baru saja dia ingin meninggalkan tempat itu; tapi suara gadis itu menghentikannya.

“Yesung-ei.”

Jarak mereka yang tidak jauh membuat Yesung bisa mendengar percakapan mereka. Tanpa membalikkan badannya Yesung tahu pasangan itu sedang berjalan kearahnya. Dia mengalihkan tatapanya saat dia merasa tangan hangat Hyun Jin menyentuh lengannya.

“Kenalkan, dia teman baruku, Yesung-ei.”

“Annyeong. Zhoumi imnida.” Pria Cina itu membungkuk sambil tersenyum.

Mendengar itu; dengan malas Yesung menatap pria itu, “Kim Jong Woon.”

Padat, singkat dan jelas.

Hyun Jin hanya memandang sebal pada Yesung.

Tidak sopan, batinnya.

“Untuk pertemuan ini, apa kalian ada waktu untuk makan siang bersama?” Zhoumi melirik arlojinya sejenak. Yesung ingin menjawab namun Hyun Jin memotongnya, “Tentu saja. Aku rasa Tuan Kim juga setuju. Bukan begitu, Tuan Kim?” Hyun Jin tersenyum sumbang pada Zhoumi lalu memandang Yesung dengan tatapan ampuhnya; Yesung hanya berdecak sebal. Hyun Jin tersenyum puas.

Berhasil!

“Kajja!” ajak Zhoumi.

***

Flau da Cafe

12.04PM

Suasana cafe terlihat ramai menyadari saat ini memasuki jam makan siang. Pelanggan cafe mulai memadati bangku-bangku dalam cafe. Di meja nomor tujuh, tiga anak manusia sedang menyantap makanannya dengan sesekali mengobrol. Senyum pun terpatri disana. Ah bukan tiga, melihat anak manusia yang satu hanya diam. Seolah itu bukanlah dunianya. Tangannya menusuk kasar daging yang teronggok dipiring putihnya. Dia membenci situasi seperti ini. Membenci setiap senyum yang ditunjukkan gadis dihadapannya pada pria disebelahnya.

Hyun Jin tertawa sesekali mendengar banyolan Zhoumi; pria hangat yang selalu tersenyum. Berbeda dengan pria duduk dihadapannya; si Tuan-Kepala-Besar yang kaku, dingin dan sulit ditebak. Namun entah mengapa setiap berada didekatnya, Hyun Jin merasa hatinya menghangat. Meski terlihat cuek, pria itu sebenarnya sosok yang peduli. Itu bisa dirasakan Hyun Jin selama tiga bulan belakangan ini. Hyun Jin tersenyum melihat ekspresi yang ditampilkan wajah pria itu. Mengerti pria itu terlihat kurang nyaman dengan kehadiran Zhoumi namun Hyun Jin masih punya hati untuk menghargai tawaran Zhoumi yang mengundang mereka makan siang. Dia juga bingung dengan perasaannya hari ini yang merasa selalu ingin tersenyum melihat ekspresi Yesung.

“Hyun Jin-ssi..??”

‘Sepertinya aku mulai bermasalah dengan hatiku..’ batin Hyun Jin dengan mata yang melirik pada Yesung yang menatap malas piringnya.

“Hyun Jin-ssi?”

“Nde??”

Suara Zhoumi menuntut kesadarannya

dan langsung menatap cepat pada Zhoumi. Zhoumi meletakkan garpunya lalu meneguk jus-nya habis lantas menatap Hyun Jin dengan senyum, “Kau sedang melamun, em?” Hyun Jin turut meletakkan garpunya dengan kaku sambil menggaruk telinganya. Dia bisa lihat makanan diatas piringnya sudah tidak berbentuk; merutuki kebodohannya yang malah asyik tersenyum membayangkan Tuan-Kepala-Besar itu. Berharap semoga Zhoumi dan pria itu tidak memperhatikan tingkahnya tadi.

‘Babo-ya!!’

Baru saja Hyun Jin ingin menjawab; suara dering ponsel Yesung yang tergeletak dimeja menginterupsi mereka. Yesung menatap Hyun Jin dan Zhoumi bergantian seolah meminta izin. Zhoumi tersenyum; Hyun Jin mengernyit melihat ekspresi tegang Yesung saat menerima panggilan itu.

“Yoboseyo..”

“………”

“Nde..aku segera kesana.”

Yesung menutup flip ponselnya lalu berdiri. “Aku harus pergi. Terimakasih untuk makan siangnya, Zhoumi-ssi. Bisakah kau mengantar Nona Jung pulang?” Zhoumi mengangguk; Yesung beralih menatap Hyun Jin, “Maaf aku tidak bisa pulang bersamamu. Aku pergi. Annyeong~” Yesung beranjak pergi setelah memberikan bungkusan plastik yang tadi dipegangnya.

Hyun Jin menatap punggung Yesung yang mulai menjauh; dinding cafe yang terbuat dari kaca membuat Hyun Jin masih bisa melihat Yesung menyeberang untuk mencapai parkiran mobilnya disekitar supermarket; Flau da cafe yang terletak diseberang supermarket itu.

Hyun Jin menghela nafasnya; merasa ada sesuatu yang kurang ketika tak ada Yesung disekitarnya; bukan berarti dia tidak nyaman disamping Zhoumi; hanya saja sesuatu yang hilang itu tidak ditemukannya didekat Zhoumi.

“Apa kau ada acara besok?”

Hyun Jin mengalihkan pandangannya pada Zhoumi, “Besok?? Hyun Jin terlihat berpikir lalu menggeleng, “Sepertinya tidak. Wae??”

Zhoumi tersenyum, “Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”

***

Boulecard Residence, 407 Cheon-Dung Street.

Choi’s Family House on 10.08PM

Hyun Jin menyandarkan punggungnya malas pada sofa biru laut milik keluarga Choi. Sesekali dia menguap; matanya memerah. Berkali-kali dia melirik jam dinding dirumah itu.

“Aisshh~kenapa dia belum pulang juga??”

Hyun Jin kembali menguap; rasa ngantuk sudah menyergapnya namun dia masih menunggu seseorang yang belum pulang. Yesung.

Sampai saat ini, pria itu belum juga menunjukkan kepala besarnya itu.

Park Ahjumma sudah tidur, tadinya dia ingin menemani Hyun Jin menunggu Yesung, namun karena melihat wajah lelah wanita tua itu, dia menyuruh wanita itu untuk pergi tidur.

Saat ini hanya Hyun Jin sendiri yang berada diruang tamu rumah mewah milik keluarga Choi; mengingat keluarga pemilik rumah sedang berada diluar kota.

Hyun Jin membaringkan tubuhnya di sofa. Matanya mencoba terbuka untuk menonton siaran yang ditayangkan di TV. Perlahan mata Hyun Jin terpejam; pikiran sejenak melayang pada ekspresi memerah Yesung saat disupermarket tadi.

Kalian mau tahu apa itu??

Ya..Hyun Jin meminta Yesung untuk mengambil pembalut!

Hahahha..

Tanpa sadar Hyun Jin tersenyum dalam tidurnya dan mulai masuk kedalam dunia mimpi.

Good night, Jung Hyun Jin.

***

Boulecard Residence, 407 Cheon-Dung Street.

Choi’s Family House on 08.00AM

Hyun Jin menggeliat pelan dari tidurnya. Tubuhnya terasa pegal. Matanya bergerak-gerak menuntut untuk terbuka dan dia mengerjap pelan; membiasakan cahaya matahari pagi yang masuk melalui jendela rumah besar itu. Kesadaran mulai terkumpul saat dia ingat; bahwa dirinya ketiduran di sofa karena menunggu pria itu.

Apa dia sudah pulang?

Kenapa tidak membangunkanku?

Rutuknya dalam hati sambil bangkit berdiri. Kakinya melangkah menuju kamar pria itu. Bodoh, karena dia mengkhawatirkan si Tuan-Kepala-Besar itu namun entah mengapa dia merasa harus mengakui perasaan itu.

Rasa kecewa saat melihat kamar pria itu masih kosong. Bahkan seprai-nya tak kusut seujung jari pun. Aroma maskulin yang mengudara didalam kamarnya membuat Hyun Jin merindukkan keberadaan pria itu. Dengan malas Hyun Jin menutup pintu kamar pria itu; lalu menyandarkan punggungnya pada pintu kamar berwarna coklat susu itu. “Kau dimana??” gumamnya, tersirat rasa kecewa disana.

Hyun Jin menegakkan tubuhnya saat ponselnya bergetar dari saku celana pendeknya, dengan cepat dia mengangkatnya namun wajahnya berubah lesu karena itu bukan panggilan dari seseorang yang ditunggunya.

“Yobboseyo…”

“Nde, yoboseyo Zhoumi-ssi..”

“Baru bangun tidurkah?”

“Annio..”

“Aku akan menjemputmu jam 9. Jadi bersiap-siaplah, Nona Jung.”

Terdengar kekehan dari seberang membuat Hyun Jin tersenyum tipis.

“Aku tahu.”

“Annyeong..”

“Nde…”

Sambungan terputus. Hyun Jin menatap pintu kamar Yesung sebelum akhirnya masuk kedalam kamar pribadinya; bersiap-siap untuk pergi bersama Zhoumi walaupun sebenarnya Hyun Jin tidak mengiyakan namun Zhoumi menganggap sikap diam Hyun Jin telah mengiyakan ajakannya.

***

Hyun Jin menuruni anak tangga dengan buru-buru akibat suara nyaring bell rumah. Hyun Jin tampak manis dengan dress hijau selutut; flat shoes senada juga menutup kakinya dia tidak memakai heels karena tidak ingin kesulitan berjalan saat bersama Zhoumi.

Tangan Hyun Jin meraih kenop pintu dengan cepat, “Zhoum– Ye-yesung…” Hyun Jin tercekat ditempat. Pria yang ditunggunya akhirnya pulang juga. Rasa lega menelusup hatinya; manik mata sipit itu menatapnya teduh. Namun ada yang berbeda dengan penampilan pria itu; terlihat sedikit….kacau. Kantung mata pria itu tampak lebih gelap dari biasanya.

Yesung menatap sayu pada gadis dihadapannya. Ada rasa nyeri melihat wajah gadis yang entah sejak kapan membuatnya ingin terus menatap wajah itu. Merasakan harum tubuh yang menjadi candu baginya. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri membiarkan gadis itu pulang bersama pria lain. Dan saat ini, gadis itupun mengharapkan kedatangan pria itu bukan….dirinya. Yesung tertawa miris dalam hati. Bibirnya tersenyum pahit namun sebisa mungkin dia menahan gejolak itu.

Pikirannya kembali mengingat pertemuannya kemarin dengan seseorang yang membuatnya melangkah hingga sejauh ini. Bertemu Hyun Jin, merasakan sesuatu yang menuntunnya bekerja diluar otaknya. Perasaannya pada gadis itu terasa begitu menyesakkan; obrolannya dengan sosok yang dia temui semalam menyadarkan dirinya tentang tujuan dan rencana awalnya dan itu membuatnya mengerang frustasi hingga dia menghabiskan malam di meja bar.

Menitikberatkan kebodohannya yang sudah diluar rencana. Membiarkan dirinya mengikuti tuntunan hatinya; meski dia sudah mencoba melawan namun percuma rasa itu telah tumbuh. Bodoh membiarkan dirinya jatuh cinta….sepertinya dia harus mengakui perasaan itu dalam hatinya dan dia berharap gadis itu mau menunggunya sampai dia siap untuk menjelaskan semuanya pada gadis itu.

“Mianhae…” ucapnya lirih, dengan gontai dia berjalan melewati Hyun Jin yang terdiam ditempat. Mulai menapaki setiap anak tangga dengan tenaga yang tersisa. Berusaha tidak berbalik untuk mengatakan jangan pergi; dia membenci kenyataan bahwa gadis itu sudah menunggu pria lain namun rasa bersalah itu membuatnya harus tahu tentang posisinya.

Hyun Jin tercekat; menatap tak percaya pada Yesung; pria itu tampak putus asa “Mianhae..” Kalimat itu terasa aneh ditelinganya.

Senyum itu..ada apa dengan senyumnya?? Aku membenci dia tersenyum seperti itu! Teriak Hyun Jin dalam hati.

Tubuhnya seperti kaku saat Yesung melewatinya begitu saja; dadanya bergemuruh saat indra penciuman Hyun Jin menangkap aroma Yesung…aroma pria itu juga berbeda..ini aroma….alkohol..

Hyun Jin menelan ludahnya dengan susah payah. Tidak mempercayai bahwa pria itu..mabuk.

Tapi..tapi kenapa??

Sebenarnya apa yang terjadi padanya??

Hyun Jin hendak berbalik menyusul Yesung namun suara klakson mobil menyadarkannya. Dia melihat Zhoumi melambaikan tangannya dengan senyum.

“Hyun Jin-sii!!”

Hyun Jin bingung, rasanya dia ingin menemani Yesung dan melihat keadaannya tapi..dia sudah terlanjur berjanji pada Zhoumi.

Ottokhae??!!

***

Selama menemani Zhoumi yang ternyata mengajaknya berkunjung ke Villa keluarganya, dia terus mencoba fokus pada setiap obrolan mereka. Tapi nihil, saat ini pikirannya hanya berpusat pada si Tuan-Kepala-Besar.

Dia mengakui kegelisahannya; tidak peduli tentang tatapan aneh dari Zhoumi yang merasakan keanehan gadis itu; yang dia tahu dia hanya ingin sampai dirumah dengan cepat.

Zhoumi melirik Hyun Jin yang duduk gelisah disampingnya. Dia menyadari sejak awal, gadis itu terlihat berbeda dari biasanya. Responnya hanya menjawan ‘ya’ dan ‘tidak’ lalu tertawa yang kedengaran hambar ditelinga Zhoumi. Dia ingin bertanya namun diurungkan melihat kedekatan mereka belum mencapai titik maksimum. Membiarkan gadis itu dengan lamunannya.

***

Hyun Jin melangkahkan kakinya memasuki rumah besar itu. Kakinya baru saja menginjak anak tangga pertama saat matanya menangkap siluet tubuh pria yang saat ini dikhawatirkannya. Perlahan kakinya membawa dirinya menuju pria itu. Pria yang sedang menelungkupkan wajahnya di meja makan. Hyun Jin mengernyit ketika aroma alkohol menyentil indra penciumannya; dengan cepat dia mendekati pria itu. Hyun Jin bisa mendengar pria itu bergumam tidak jelas.

Sejak kapan pria ini jadi pemabuk?

Sedikit ragu, Hyun Jin menyentuh bahu Yesung namun pria itu bergeming.

“Ye-yesung…” Hyun Jin menggoncang pelan bahu pria itu berharap pria itu mengangkat kepalanya.

Nihil.

Pria itu tampaknya sudah terlelap.

Hyun Jin menghela nafasnya pelan, lalu perlahan mengalungkan lengan pria itu kelehernya dan tangannya menuntun pinggang pria itu untuk berdiri.

Kepala Yesung yang terkulai dibahu Hyun Jin membuat Hyun Jin menaikkan sudut hidungnya; mencium aroma alkohol yang dibencinya.

Dengan tertatih-tatih Hyun Jin membawa Yesung kekamar pria itu. Membaringkan tubuh Yesung. Tubuh yang selama ini terlihat kuat dan hangat kini tampak rapuh. Hyun Jin menyelimuti tubuh pria itu. Tangannya terulur begitu saja menyentuh wajah pria itu; merapikan helaian anak rambut yang menutupi dahi besar Yesung. Diusapnya pelan pipi putih Yesung; Hyun Jin merasa sakit melihat perubahan pria itu, “Ada apa denganmu? Kau bukan Yesung yang ku kenal..”

Hyun Jin mulai merasa aneh semenjak Yesung menerima telpon siang itu.

Yesung menggeliat dari tidurnya saat dia merasa sesuatu yang lembut menyentuh wajahnya. Lembut dan menenangkan namun rasa penasaran menuntutnya untuk membuka matanya.

Yesung meringis pelan saat sakit mendera kepalanya; mengumpat kesal karena dengan bodohnya menyentuh minuman menjijikan itu lagi. Mata sipitnya mengerjap pelan mencoba melihat sosok yang tengah duduk ditepi ranjangnya. Suasana lampu yang sedikit redup membuatnya harus memicingkan matanya dan kaget saat mendapati Hyun Jin sedang membelai wajahnya.

Hyun Jin yang menyadari Yesung bangun, dengan cepat menjauhkan tangannya dari wajah Yesung. Untung cahaya lampu temaram yang menyamarkan semburat merah yang keluar dari pipinya.

Yesung memegangi kepalanya yang masih terasa sakit sambil berusaha bangun dari tidurnya. Menopang berat tubuhnya dengan siku kanannya.

Hyun Jin segera berdiri, “Mianhae telah mengganggu tidurmu. Aku pergi. Selamat malam.”

“Hyun Jin…”

Langkah Hyun Jin yang hampir mencapai pintu terhenti. Jantungnya memompa cepat; dia tidak mempercayai pendengarannya.

Hyun Jin??

Benarkah Yesung memanggilnya begitu??

Ini kali pertama Yesung memanggilnya dengan nama itu.

“Hyun Jin…” suara parau Yesung serasa makin dekat; Hyun Jin tahu itu, jantungnya berdenyut cepat dan mendadak berhenti ketika tangan kekar itu melingkar dipinggangnya. Hyun Jin merasa lupa untuk bernafas; berusaha menghirup oksigen yang rasanya raib entah kemana. Dia bisa merasakan nafas Yesung dilehernya membuatnya bergidik.

“Ye-yesung..ada apa dengan..mu?”

Hyun Jin berusaha mengeluarkan suaranya dengan susah payah. Tubuhnya masih terpaku ditempat.

Yesung menyesap aroma tubuh gadis itu.

Nyaman, batinnya.

Perlahan Yesung melepaskan pelukannya dan Hyun Jin membiarkan Yesung membawanya menghadap pada tubuhnya. Iris mereka bertemu. Hyun Jin menatap mata sayu Yesung.

“Kau bisa ceritakan apa yang terjadi padaku.. Ye-yesung..”

Yesung menatap sejenak pada gadis itu dan perlahan melepaskan tangannya pada lengan Hyun Jin lalu berbalik.

Mianhae, ini belum saatnya, batinnya.

“Wae?? Kenapa kau tidak ceritakan masalahmu padaku?” Hyun Jin merasakan sesak saat Yesung berjalan menjauh. Matanya memanas. “Aku tahu aku bukan siapa-siapa untukmu, bukan saudaramu, bukan sahabatmu dan akuu..aku juga bukan seseorang yang…yang istimewa dihatimu.” Airmata itu mengalir deras dipipi Hyun Jin. Hyun Jin menunduk berusaha menyembunyikan isakan dan airmatanya. Sia-sia. Hancur sudah pertahanannya. “Aku bukan siapa-siapa untukmu. Aku tahu itu, Yesung.”

Perih..lidahnya kelu saat mengucapkan kalimat terakhir.

Hyun Jin bisa merasakan tangan Yesung menyentuh dagunya. Matanya melihat samar wajah Yesung akibat airmata yang menumpuk di pelupuk matanya. Bibirnya bergetar menahan isakannya.

Yesung merutuki dirinya saat melihat cairan bening menetes keatas tangannya yang menyentuh dagu gadis itu. Dadanya sesak melihat kristal bening itu. Otaknya lelah untuk menahan rasa frustasi. Yesung melihat kristal bening mengalir dipipi gadis itu lalu menciumnya, menyesap rasa asin dari kristal itu. Hyun Jin hanya memejamkan matanya menerima sentuhan lembut bibir Yesung dipipinya. Dadanya bergemuruh hebat.

Yesung kembali menatap Hyun Jin yang menatapnya teduh. Bibir gadis itu tampak melengkungkan senyum dan Yesung merasa sesuatu menggelitik perutnya. Bahagia, akhirnya dia bisa mendapat senyum indah milik gadis itu.

Dengan cepat dia menyambar bibir Hyun Jin. Menarik tubuh gadis itu kepelukkannya. Menyesap lebih dalam aroma yang membuatnya kecanduan. Mencium gadis itu frustasi.

Hyun Jin tak menolak saat pria itu menciumnya sedikit kasar. Dia tahu ciuman kali ini terasa berbeda; ciuman frustasi. Ini..dia merindukan pria ini dalam hatinya. Setiap sentuhan pria itu membuatnya nyaman. Meski airmata masih menetes dari sudut matanya namun senyum dihatinya telah tercipta.

Kedengarannya gila, namun dia memang merindukan pria ini. Merindukan feromonnya.

Bibir Hyun Jin makin tersenyum ketika mendengar bisikan Yesung disela-sela ciumannya meski dia tahu Yesung dalam keadaan sedikit mabuk namun dia yakin ucapan pria itu tulus dan jujur, “Bogoshipo-yo…”

(Kyuhyun : The Way to Break Up)

To Be Continued….

Image

Beautiful Target (3)

Gambar

Title : Beautiful Target

Author : Giadore Shin 

Main Cast :

Kim Jong Won a.k.a Yesung

Jung Hyun Jin

Support Cast :

Choi Rae hee

Kim Heechul

Choi Siwon

Shin Hye Bin

all other cast will come in another scene

Genre : Drama

Length : Series

Rating : PG 15

Disclaimer : This my Fiction. Just for fun. Author is Siwon’s anae # LOL

Warning : Diharap kepada readers menyiapkan huruf cadangan karena typo beredar dimana-mana^^

No Bash – No CoPas but Please Comment^^

Gamsahamnida

———-

Happy Reading^^

***

Hyun Jin meninggalkan Yesung yang tengah kesakitan akibat ‘sentuhan’ stiletto Hyun Jin di kaki kirinya.

Poor Yesung.

————

Part III begin..

{Backsound : B1A4 – Baby, I’m sorry }

***

Heechul berjalan dengan santainya kearah sepasang suami-istri yang menjadi tokoh dalam acara yang dia hadiri malam ini. Tuxedo semi formal berwarna silver membalut tubuhnya yang tinggi. Namun tak sedikitpun mengurangi kadar kecantikkan dalam dirinya meski dia adalah seorang pria. Tulen. Sejatinya yang di undang adalah sang Appa, namun karena ada pekerjaan penting yang harus di prioritaskan maka Heechul lah yang diminta untuk mengganti kehadiran sang Appa.

Ya, dia tak keberatan mengingat si pemilik acara adalah seseorang yang sudah dianggap keluarganya.

Sepasang suami-istri itu tersenyum melihat kehadiran Heechul.

“Chukkae Ahjussi~….”

Heechul tersenyum tulus pada pria yang bernama Choi Siwon, lalu memeluknya sekilas.

“Chukkae Ahjumma~”

Heechul beralih menyapa si istri pria itu, Choi Hyebin setelah melepaskan pelukkannya pada si pria.

“Neee, cheonma Heechul-ssi.”

jawab mereka serempak disertai senyuman manis.

***

Rae hee berdiri dipojok ruangan dengan wajah bersungut-sungut. Bagaimana tidak? Di ruangan ini tak ada seorang pun yang seumuran dengannya. Dia masih cukup waras untuk tidak bergabung dengan ahjumma-ahjumma cerewet ataupun menyapa pria-pria yang lebih cocok dipanggil ahjussi.

“Sepertinya aku harus cari tempat yang nyaman dan aku rasa bukan disini.”

Rae hee mengambil segelas minuman berwarna merah dari nampan seorang waitress lalu mulai melangkahkan kakinya menuju tempat yang cocok menurut pemikirannya.

*BRAAAKK!!*

Belum dalam hitungan detik minuman itu telah berpindah ke baju seseorang yang baru ditabrak Rae hee. Saking asyiknya melamun, Rae hee tidak memperhatikan jalannya dannnn…..

Dengan sisa keberanian yang ada Rae hee mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang menjadi ‘korbannya’. Kalau dilihat dari tuxedonya, pasti seorang pria. Pikir Rae hee.

“Kauuuuuu..!!!”

Rae hee tertegun menatap sosok yang ditabraknya. Bahkan gelas kosong yang ditangannya terjatuh begitu saja. Bukan karena teriakan sosok itu tapi karena..

‘Kenapa ada pria secantik ini??’

***

Desiran angin malam menerpa wajah pucat seorang wanita yang tengah berdiri di sudut balcon sebuah hotel mewah. Hotel dimana acara annyverssary keluarga Choi sedang berlangsung. Angin ringan sesekali mengacak rambutnya yang tertata rapi. Suasana sepi menggambarkan perasaan wanita itu malam ini. Seolah tak mendengar dentuman suara-suara berisik yang berasal dari pesta itu.

Jalanan pusat kota Seoul yang ramai dan kerlap-kerlip lampu malam, tak berpengaruh apapun pada pikirannya. Matanya hanya memandang lurus kedepan. Kosong.

Pikirannya kembali pada persekian menit yang lalu, dimana dia melihat si Tuan-Kepala-Besar yang menyebalkan. Yesung!

Hyun Jin -nama wanita itu- selalu dibingungkan dengan perasaanya sendiri ketika dia berhadapan dengan pria itu. Pria tampan…err…ah lupakan! Maksudnya pria bermata sipit namun berkepala besar, ya sangat besar..tapi Hyun Jin meragukkan apakah kepala besarnya itu berisi? Atau hanya pajangan semata?

Ahh..entahlahh yang jelas pria itu amat sangat menyebalkan!

Bagaimana tidak? Yesung selalu bersikap dingin jika bersama dirinya, namun tadi si Tuan-Kepala-Besar itu malah tersenyum hangat bahkan tertawa lepas saat berbincang dengan seorang wanita – yang pastinya tidak Hyun Jin kenal.

Marah??

Untuk apa?

Cemburu?

Absolutely NOT!!

Lalu apa??

Huhhh.. Entahlah!!

Hyun Jin menghela nafas kesal dan bingung. Jujur, ada sedikit rasa kecewa terselip dihatinya ketika mendapati sikap dingin Yesung hanya sering ditunjukkin pada dirinya seorang.

“MENYEBALKAAANNNN!!!

“Nona, tidak baik berteriak malam-malam begini..”

“Eehhh…!”

Hyun Jin tersentak mendengar interupsi dari sebuah suara. Dia membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang pria jangkung bermata sipit berjalan kearahnya. Pria itu memposisikan dirinya tepat disisi Hyun Jin. Kedua tangannya diselipkan dibalik kantong celana hitamnya lalu menoleh pada Hyun Jin yang tertunduk malu. Beruntung cahaya lampu di balcon malam ini temaram sehingga tak perlu memamerkan rona merah dipipi Hyun Jin.

‘Babo’

Pria itu tersenyum melihat tingkah Hyun Jin meski si wanita tidak melihatnya. Pria berparas tampan itu mengalihkan pandangannya dari Hyun Jin, memfokuskan pandangannya pada pemandangan malam kota seoul yang padat meski dimalam hari. Pejalan kaki pun tak mengurungkan niat untuk keluar demi menikmati kerlap-kerlip negeri Gingseng itu.

Pria itu terlihat sangat tampan dengan tuxedo hitam formal yang membalut tubuh tingginya. Siapapun yang melihat pasti sulitt untuk mengalihkan pandanganya dari si pria. Tak terkecuali dengan Hyun Jin yang kini sedang menatap pria itu.

‘Tampan’

Mata bening Hyun Jin terpaku saat sepasang mata hazel milik si pria itu membalas tatapannya. Seolah ada magnet yang membuat mata Hyun Jin sulit mengalihkan pandangannya dari pria itu.

Tak jauh berbeda dengan si pria. Cahaya lampu temaram yang menembus manik mata Hyun Jin membuat matanya tampak bersinar jernih. Sinar yang serasa mengalir cepat melalui saraf motorik dalam tubuhnya dan menghentak dadanya. Menghasilkan rasa nyeri yang berkepanjangan. Tangan kanan pria itu -yang tadinya terselip dikantung celana- keluar begita saja dan tanpa sadar bergerak ingin menyentuh pipi pucat Hyun Jin, namun……

PLAKKK!!

“awwww!”

si pria memegangi pipi kirinya yang baru saja disentuh..lebih tepatnya ditampar Hyun Jin. Begitu juga Hyun Jin yang sama terkejutnya, seperti baru sadar akan tindakannya yang menampar pria itu.

“Ommo! Mianhaee. Tadi aku melihat ada nyamuk dipipimu dan aku hanya…”

Hyun Jin membungkuk panik dengan wajah memelas.

“Gwenchana aggashi.. Zhoumi imnida.”

Hyun Jin melongo menatap pria yang bernama Zhoumi itu.

‘Bagaimana mungkin dia tersenyum setelah aku menamparnya?’

“Nonaaaa..?”

“Nde??” Hyun Jin tersadar dari lamunannya.

“Hyun Jin imnida” lanjutnya sambil tersenyum kaku.

“Mianhae Zhoumi-ssi…”

“Gwencaha Hyun Jin-ssi, mungkin karena aku terlalu tampan jadi nyamuk pun menyukaiku..”

canda Zhoumi yang berhasil mengundang tawa Hyun Jin. Zhoumi bahkan melupakan rasa sakit dipipinya saat melihat Hyun Jin yang tertawa lepas. Bibirnya melengkungkan senyuman, merasa senang bisa membuat gadis cantik dihadapannya melupakan rasa bersalahnya.

Dan akhirnya mereka tertawa bersama.

***

Yesung mengernyit bingung ketika gadis dihadapannya mengulurkan tangan kanannya pada Yesung.

Seperti mengerti, gadis itu tersenyum manis.

” Mau berdansa denganku??”

“Da-Dansaa??”

gadis itu mengangguk sambil tersenyum geli melihat ekspresi kaget Yesung.

Yesung berpikir sejenak, mencoba memantapkan hatinya menerima tawaran gadis yang bernama Park Yoon untuk berdansa.

Dansa?

Oh! Demi sepatu kaca Cinderella! Seumur hidup, ini kali pertama Yesung menyentuh ‘dunia lain’ seperti ini. Ck, kedengaran tabu tapi dilihat dari sikap Yesung yang dingin (meski sesekali hangat) mungkin semua orang akan memaklumkan hal itu.

Apakah dia harus menolak?

Atau menerima??

“Baiklah.”

Yesung memutuskan untuk menerima tawaran Yoon, dia menyambut uluran tangan gadis itu yang langsung menuntunnya ke lantai dansa. Tempat itu sudah dipenuhi berpasang-pasang manusia yang tengah hanyut dalam alunan musik romantis. Suasana sedikit meredup membuat beberapa pasangan mengumbar ciuman panas mereka. Ya, serasa dunia milik berdua.

Yesung berdiri dihadapan Yoon. Tubuhnya menegang saat tangan Yoon melingkar dilehernya.

Gugup.

Itulah yang tengan dialami Yesung.

Berbeda dengan Yoon, gadis itu terlihat agresif,dilihat dari caranya yang menuntun kedua tangan Yesung untuk memeluk pinggang rampingnya. Yoon mendongkak untuk menatap pria itu, namun sayang Yesung menghindari kontak mata dengan gadis itu. Yoon sedikit kecewa namun dia menyadari kegugupan Yesung . Dia mulai menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan musik dan mencoba mengajak Yesung untuk ikut bergerak dilantai dansa bersamanya.

Perlahan Yesung mulai bisa mengikuti gerakan Yoon meski rasa gugup dan canggung belum sepenuhnya hilang.

Perasaan gugup Yesung bukan karena gadis dihadapannya tapi karena Yesung merasa sedikit risih dengan kontak fisik yang terjadi saat ini. Yoon terlihat agresif dan membuat Yesung gerah namun apa daya dia terlanjur menerima tawaran gadis itu dan Yesung masih cukup waras untuk tidak mempermalukan gadis itu dengan meninggalkannya dilantai dansa seorang diri.

Yesung tahu, Yoon masih tetap menatapnya, namun rasa enggan dalam dirinya menolak untuk membalas tatapan gadis itu. Mata itu sangat berbeda dengan mata seseorang yang selalu menghipnotis dirinya.

Yesung kembali mengingat kejadian beberapa menit lalu. Ia melihat Hyun Jin menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan ketika dirinya sedang tertawa mendengar celotehan dari Yoon. (gadis yang sebenarnya baru ia kenal setelah insiden stiletto Hyun Jin yang menginjak kaki Yesung). Tawa Yesung lenyap saat melihat Hyun Jin berdiri tidak jauh dari tempat duduknya. Mata mereka bertemu. Jantung Yesung seketika berpacu cepat. Dia merasa seperti baru saja kepergok selingkuh. Dia takut Hyun Jin cemburu.

Tunggu! Cemburu?

Pemikiran bodoh, Yesung!

Hatinya mencelos saat Hyun Jin beranjak pergi menjauh. Hilang dari pandangannya. Yesung membenci dirinya yang terlalu gengsi untuk memanggil nama gadis itu, Hyun Jin.

Mata itu…

Apakah mata yang baru saja menunjukkan rasa sakit..?

Tubuh itu..

Tubuh yang mengeluarkan aroma candu baginya..

Bibir itu..

Bibir hangat nan manis yang pernah disentuhnya, membuatnya menginginkannya lagi…

Lamunan Yesung terurai saat matanya menangkap sosok yang familiar dipikirannya. Dia melihat gadis itu bersama seorang pria yang dia tidak kenal.

Yesung bisa melihat dengan jelas gadis itu tersenyum malu ketika pria itu mengulurkan tangannya, mengajak gadis itu berdansa. Mata kecil Yesung menyiratkan ketidaksenangan dengan apa yang ia lihat.

Dia membenci pria yang menyentuh tubuh gadis itu.

‘Yesung bodoh, apa yang kau pikirkan!’

Yoon yang menyadari tatapan tajam Yesung ikut menghentikkan gerakkannya dan rasa penasaran membuatnya menoleh pada objek yang sedang ditatap Yesung.

***

“Kenapa kau berada disini?”

“Aku tak suka pesta.”

Zhoumi menoleh pada Hyun Jin yang menatap langit malam.

“Benarkah? Bukankah biasanya para gadis menyukai hal yang berbau pesta?”

“Itu dulu. Tidak untuk saat ini. Aku muak.”

Zhoumi terkekeh sembari mengambil pandangan lurus kedepan. Memandang gedung-gedung pencakar langit yang tampak indah dihiasi lampu malam hari.

“Sepertinya kau bukan orang korea, Zhoumi-ssi?”

Gantian Hyun Jin yang menoleh pada pria itu.

Pria itu menggumam ya.

“Aku dari China. Aku disini untuk menggantikkan ayahku yang tidak bisa hadir di pesta Tuan Choi. Kebetulan Tuan Choi partner terbaik ayahku.”

Hyun Jin hanya ber-oh ria.

Zhoumi menoleh pada Hyun Jin.

“Sepertinya jam dansa sudah dimulai, apakah kau mau melewatkannya begitu saja? Aku pikir itu hal yang menarik.”

Kening Hyun Jin berkerut.

“Apa kau sedang mengajakku berdansa?”

Dan disinilah mereka sekarang, menempatkan diri diantara pasangan yang asyik dengan kegiatannya sendiri.

Zhoumi mengulurkan tangannya pada Hyun Jin, dengan ragu Hyun Jin menyambutnya. Pria itu menarik pinggang Hyun Jin agar lebih mendekat dan itu membuat Hyun Jin menunduk menyembunyikan rona merah yang lagi-lagi muncul. Zhoumi tersenyum, cukup mengerti dengan sikap Hyun Jin yang menurutnya canggung. Hyun Jin mengangkat kepalanya saat Zhoumi meletakkan tangannya dileher pria itu. Matanya mengerjap indah, membiaskan bulu mata lentiknya dan itu membuat Zhoumi harus mengakui kecantikan dari gadis dipelukkannya saat ini.

“Kau sangat cantik,Nona.”

bisik Zhoumi membuat Hyun Jin bergidik. Pipinya merah. Dengan halus Hyun Jin mendorong bahu Zhoumi untuk menjauh dari wajahnya ketika gadis itu mulai merasa kurang nyaman. Zhoumi yang mengerti perlahan menjauhkan wajahnya lalu mulai menggerahkan tubuhnya sambil menuntun Hyun Jin.

“Maaf.”

Hyun Jin hanya tersenyum. Namun senyumnya pudar saat sepasang mata menatapnya tajam. Mata dingin milik si Tuan-Kepala-Besar itu terlihat kecewa dan…sakit.

Sakit?

Bukan..

Bukan pria itu yang merasa sakit tapi dirinya.

Lihat saja wanita yang berada dalam pelukkannya.

Mereka terlihat mesra membuat hati Hyun Jin sesak. Dia merasa oksigen disekitar menipis membuat jantungnya melemah. Matanya memanas melihat itu.

‘Tidak Hyun Jin! Jangan sekarang kumohon!

‘Hyun Jin bodoh!’

Sekuat mungkin dia berusaha menahan airmata nya. Beruntung Zhoumi tidak menyadarinya.

Zhoumi tersentak saat Hyun Jin tiba-tiba melepaskan pelukkannya dan berjalan cepat meninggalkan Zhoumi sendiri dilantai dansa yang kebingungan dengan alasan Hyun Jin barusan.

“Aku ingin ke toilet.”

***

Derap langkah seseorang terdengar jelas menghentak diatas marmer putih. Dengan cepat kaki itu mengikuti langkah Hyun Jin yang baru saja akan masuk kedalam sebuah ruangan.

GREEPP!

Tangan kekar seseorang menarik lengan Hyun Jin dengan kasar dan menghempaskan tubuh mungil Hyun Jin ke dinding bercat putih gading.

“Ahhh…!”

Hempasan tiu membuat Hyun Jin sedikit meringis dan terkejut. Dia mendongkak dan terbelalak saat mendapati mata itu menusuk retina matanya. Kedua tangan pria itu diletakan disisi wajah Hun Jin, mengunci ruang gerak gadis itu.

Jarak mereka sangat dekat sehingga baik Hyun Jin maupun pria itu dapat merasakan hembusan nafas menerpa wajah mereka.

Aroma tubuh Yesung menguar kedalam indra penciuman Hyun Jin. Feromon yang dirindukannya.

Yesung semakin memperkecil jarak wajah mereka. Dan itu membuat Yesung menyesal. Aroma tubuh gadis itu menggodanya. Tanpa Hyun Jin sadari tangan Yesung mengepal kuat mencoba menahan diri untuk tidak menyerang Hyun Jin saat ini juga.

Hyun Jin yang mulai tersadar dari lamunannya, mencoba melepaskan diri namun kita sudah tahu bahwa hasilnya sia-sia saja.

Hyun Jin mengerjap, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengeluarkan suaranya yang tercekat ditenggorokkan.

“A-ap-apa yang ka-kau la-lakukan?”

terdengar seperti bisikan. Membuat Yesung menarik sudut bibirnya. Tersenyum menyeriangi.

“Kau yakin ingin tahu apa yang akan kulakukan?”

***

“Tuan, tolong lepaskan tanganku. Ini sakit!”

Rae hee mencoba melepaskan tangannya dari seorang pria yang tengah menarik paksa tangannya. Ya, dia tahu dia salah karena tidak sengaja menabrak seseorang sehingga cairan dalam gelasnya mengenai seseorang dan mengotori bajunya.

Kalian tahu siapa korbannya?

Dengan sangat menyesal ternyata dia adalah Kim Heechul. -,-

Heechul tidak memperdulikan teriakan Rae hee. Dia sedang murka setengah mati. Penampilan perfect-nya jadi berantakan akibat kecerobohan gadis bodoh yang yaa…bisa dibilang cantik. Ah tidak! Masih lebih cantik aku! Pikir Heechul.

“Ahjussi, kita mau kemana? Anda tahu, nanti orang tuaku pasti khawatir mencariku dan jika aku hilang lalu mereka menemukanku bersamamu, anda pasti akan dituduh menculik anak gadis orang. Apa anda pernah dengar tentang pedofil? Atau jangan-jangan anda se-seorang pedo~”

“YAAA!!!!”

ocehan Rae hee yang tanpa jeda berhenti ketika Heechul menghentikkan langkahnya dan menatap murka kearah Rae hee.

“Pedofil? Kau bilang aku pedofil? Hahah..”

Heechul tertawa sinis lalu menatap tajam pada Rae hee.

“Sekalipun aku pedofil, aku tidak-akan-tertarik pada gadis bodoh sepertimu!”

“Ga-gadis b-bo-bodoh? Kau! Dasar Ahjumma jelek!”

teriak Rae hee yang membuat Heechul murka.

“Aku bukan ahjumma ataupun ahjussi dan aku masih muda!”

“Kau itu Ahjuma dan kau sudah tua!”

“Kau! Dasar gadis bodohh!”

“Ahjumma jelek!”

“Diam!”

“Tidak mau!”

“Aku bilang diam!”

“Aku bilang tidak mau!”

“Kau~!”

“Ak..mmmpphh….”

Rae hee menegang. Matanya terbelalak saat sesuatu yang dingin dan lembut menyentuh bibir merahnya. Rasa hangat yang menjalar seperti aliran listrik yang menyentrum dadanya. Shock!

Tangan besar Heechul yang menangkup wajah Rae hee memucat. Aliran darahnya serasa berhenti saat dia menyentuh bibir itu. Jantungnya tenggelam diperut, sulit untuk memompa aliran darahnya. Ketidakwarasan Heechul memucak ketika iblis dalam dirinya keluar dan menuntunnya untuk bertindak lebih. Dia mulai melumat bibir Rae hee lembut. Jantungnya seperti sudah kembali ketempat namun anehnya berdetak lebih cepat.

‘Heechul, kau pasti sudah gila!’

Heechul menutup matanya mencoba menikmati tindakan gilanya.

Heechul memindahkan tangan kanannya menuju pinggang Rae hee dan menarik tubuh gadis itu saat dia merasa tubuh mungil itu hampir merosot.

Rae hee merasa kakinya lumpuh ketika bibir Heechul melumat bibirnya. Dia tidak menolak ataupun membalas ciuman itu. Dia masih bingung dan shock. Sejujurnya ini adalah ciuman pertamanya.

Ciuman pertama?

Ciuman pertama?!!

Mata Rae hee yang hampir terpejam mendadak terbuka. Dia baru sadar ternyata saat ini dia sedang dicium oleh seorang ahjussi jelek. Dan hal terburuknya adalah itu ciuman pertama!

Shit!

Otaknya yang tadinya macet kembali normal dan reflek mendorong tubuh Heechul menjauh yang membuat pria itu mundur beberapa langkah.

Ciuman mereka terlepas.

Nafas mereka masih memburu. Heechul pun sudah kembali kealam sadarnya dan merutuki dirinya yang sudah bertindak bodoh.

Rae hee menatap Heechul tajam dan Heechul tahu itu.

“Kau! Kenapa kau menciumku?!”

teriak Rae hee masih dengan nafas memburu.

Heechul balas menatap Rae hee dengan malas lalu mengusap bibir bawahnya menggunakan jempol kirinya. Bibirnya tertarik membentuk seriangai.

“Itu bukan ciuman. Aku hanya memberi sedikit pelajaran pada gadis bodoh sepertimu”

Rae hee melotot.

“Pervert! Jelas-jelas kau menciumku ahjussi jelek!”

“Ck, selain bodoh ternyata kau keras kepala juga. Huh!”

Heechul membalikkan badannya hendak pergi namun baru tiga langkah dia kembali berbalik menoleh pada Rae hee dan yaa..bibirnya tersenyum yang menurut Rae hee menjijikan.

“Jangan katakan kalau itu ciuman pertamamu.”

Heechul tertawa mengejek lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan Rae hee yang kesal setengah mati. Wajah gadis menggeram marah. Kedua tangannya mengepal.

Dannn…

PLAAAK!!

“Arggghhh…!!”

Stiletto runcing Rae hee mengenai tepat belakang kepala Heechul yang membuat pria itu kesakitan dan mengelus kepalanya.

Heechul membalikkan badannya, menatap Rae hee dengan wajah merah padam dan mendapati Rae hee tertawa terbahak-bahak lalu menjulurkan lidahnya pada Heechul.

“Ya kau! Jangan kabur! Berhenti disitu!”

Heechul berteriak ketika meliha Rae hee mulai berlari. Dia mengejar Rae hee yang mencoba menyelamatkan diri dari amukan si nenek cerewet. Ahaha…

‘Rasakan itu Ahjumma jelek!’

Rae hee terus berlari sambil tertawa bahagia menyusuri lorong-lorong hotel itu, diikuti Heechul yang terus berteriak menyuruhnya berhenti.

“Aku bilang berhenti disitu!”

Rae hee tetap berlari namun terhenti saat matanya menangkap dua sosok yang familiar tengah berdiri di depan pintu salah satu kamar yang berada diujung lorong.

“O-opaa…”

Rae hee kaget dan tidak menyadari Heechul yang sudah berada tepat dibelakangnya. Fokus Rae hee masih tertuju pada dua sejoli yang dikenalnya.

‘Gadis bodoh, mati kau!’

Heechul melangkah untuk mendekat pada Rae hee namun sama seperti Rae hee, langkah Heechul terhenti. Terkejut melihat sepupunya seperti sedang mencoba mencium seorang gadis.

“Ye-yesungei… Hyun Jin…”

Heechul melirik Rae hee dan mendapati gadis itu melotot tegang. Dengan sigap Heechul langsung menutup mata Rae hee dari belakang dengan tangan kanannya dan itu justru membuat Rae hee teriak terkejut. Alhasil Yesung dan Hyun Jin menoleh kesumber suara. Keduanya terkejut.

“Ka-kalian…”

{Backsound : Davichi – I will think of you}

To Be Continued….

Mianhae foe update late…

ceritnya yang makin membosankan mohon maaf….

otakku sedikit..yaa……full akhirakhir ini..*plakkk//

pokoke happy reading..

mohon comentnyaaa..^^

gamsahamnida

Image

Beautiful Target (2)

Gambar

Title                :  Beautiful Target

 

Author            : Giadore Shin

                        @AyuWon92

 

Cast                :

>> Kim Jong won a.k.a Yesung

            >> Jung Hyun Jin

 

Support Cast :

>> Choi Siwon

>> Shin Hye Bin

>> Choi Rae Hee

>> Kim Heechul

>> Some cast will come in another scene

 

Genre              :

Drama

 

Length            :

Multi – Season

 

Rating             :

PG 15+

 

Warning         :

            Typo everywhere mengakibatkan huruf lari kemana-mana jadi diharapkan para readers menyiapkan ‘huruf cadangan’ 😛

 

Disclaimer      :

            This is just my fiction story ‘bout me and my idol. Author is Siwon’s anae^^. Don’t BASH and CoPas. And please comment^^.

 

(Gamsahamnida^^)

 

===============================================================

Happy Reading^^

 

Season II beginnnnnn………….

 

[ Backsound : Se7en – I’m Going Crazy ]

 

***

Mobil berwarna biru laut menepi di depan pintu masuk sebuah gedung yang menjulang tinggi. Di pertengahan puncak gedung itu terdapat rangkaian kata “Cheon Institut”. Seorang yeoja memakai kemeja berwarna grey dengan lengan yang digulung sampai sikut dipadu dengan black skinny jeans dan sepatu kets senada dengan kemejanya, keluar dari mobil itu. Rambutnya yang dikucir longgar teracak pelan saat angin menerpanya. Tas selempang tersampir di bahunya. Yeoja itu melongokkan wajahnya ke dalam mobil untuk melihat sosok yang ada didalamnya.

“Gomawo, Oppa.”

Sosok yang dipanggil Oppa itu tersenyum.

“Ne, cheonma.”

“Bye.. Oppa..Onnie!”

Gadis itu berjalan memasuki gedung yang merupakan kampusnya. Gadis itu adalah Choi Rae hee. Gadis yang baru setengah tahun ini menginjak bangku sebagai seorang mahasiswi jurusan Informan Technic di Cheon Institut.

Gadis ceria itu berjalan semangat dengan senyum yang selalu menempel disudut bibirnya. Sesekali dia menyapa teman-temannya yang berpapasan dengannya.

***

Sepasang anak manusia tengah berada dalam keheningan di dalam sebuah mobil. Mereka adalah Yesung dan Hyun Jin yang baru saja mengantar Rae hee ke kampus. Yesung hanya fokus pada kemudi tanpa berniat menoleh apalagi untuk bersuara.

Hyun Jin yang duduk disampingnya menghela nafas seraya menyandarkan tubuhnya pada kursi dengan tangan terlipat didadanya. Dia mengerucutkan bibirnya, mulai kesal dengan ‘kediaman’ namja disampingnya. Hyun Jin melirik Yesung.

‘Sejak kapan namja ini menjadi pendiam? Apa karena kejadian tadi malam? Cih~ menyebalkan!’

gerutu Hyun Jin.

Yesung yang merasa diperhatikan menatap Hyun Jin sekilas lalu kembali fokus.

“Kenapa bibir-mu mancung begitu? Apa kau menginginkannya lagi?”

“MWOO??”

Hyun Jin mendelik cepat. Kaget dengan ucapan Yesung. Dadanya kembali bergemuruh akibat darah dalam tubuhnya berdesir mengakibatkan hentakan kuat didadanya. Pipinya memanas. Dengan cepat dia mengalihkan wajahnya kearah luar jendela mobil. Mengutuki jantungnya yang tidak bisa bekerja sama.

Yesung tertawa melihat ekspresi Hyun Jin.

“Aku tidak heran jika kau menginginkan-nya lagi.”

“Aish, kau kira itu hal yang penting untuk di pikirkan. Aku bahkan sudah melupakan-nya.”

Yesung mengernyit, menoleh pada Hyun Jin. Sudut bibirnya terangkat setengah, menciptakan seriangan yang cukup membuat siapapun bergidik termasuk Hyun Jin yang melirik Yesung.

“Begitukah? Tapi semalam kau terlihat menikmatinya Nona Jung.”

“Ya, aku tidak mau menyia-nyiakan sebuah kesenangan. Kau tahu itu kan tuan Kim?”

Hyun Jin balas menyeriangi Yesung.

“Ya ya.. Tapi bagi-ku itu bukan kesenangan…

Yesung terlihat berpikir. Hyun Jin menoleh pada Yesung dan menunggu kelanjutan kalimat Yesung.

“…tapi sebuah kesalahan.”

“Kesalahan?”

Hyun Jin mengernyit.

“Ya, kesalahan romantis!”

Hyun Jin mendadak mual mendengar ucapan Yesung. Namja itu tersenyum bangga atas ucapannya yang dibalas Hyun Jin dengan mengeluarkan lidahnya seolah mau muntah.

‘Kesalahan romantis? Aish menjijikan’

batin Hyun Jin.

“Dari mana kau mendapat kalimat menjijikan itu?”

Yesung tertawa keras walau pandangannya tetap fokus pada kemudi, membuat Hyun Jin harus menutup telinga dengan tangannya.

“Bukankah kata-kata itu sering kau dapat dari teman kencan-mu?”

“Tapi kalimat itu terdengar menjijikan jika kau yang mengucapkannya.”

Yesung makin tertawa keras. Membuat Hyun Jin bertambah kesal.

“Aish…”

Tawa Yesung mulai mereda. Dia menoleh sekilas menunjukkan wajahnya yang berubah serius.

“Ya, kau benar… Kata-kata itu akan terdengar menjijikan jika aku yang mengucapkan, karena aku berbeda dari pria-pria mu itu, Nona Jung..”

***

Yesung turun dari mobil yang di ikuti Hyun Jin. Dan mulai berjalan masuk ke sebuah rumah mewah bergaya eropa dengan tiang-tiang penyangga seolah menyegel rumah itu. Hyun Jin menelisik sekitar pekarangan rumah itu.

*TING TONG*

Yesung memencet bell yang ada di sudut kiri pintu rumah itu. Tak lama berselang pintupun terbuka. Seseorang muncul dari balik pintu. Orang yang pertama kali melihatnya mungkin akan mengira dia adalah seorang yeoja namun dia adalah namja tulen. Dia…

“Annyeong chullie-ah..”

Ya, sosok yang membukakan pintu itu adalah Kim Heechul, sepupu dari Yesung.

Heechul sedikit kaget dengan kedatangan Yesung yang menurutnya tiba-tiba namun akhirnya senyum tersungging di bibir Heechul.

“Hai, Yesung-ei..!”

Refleks Heechul memeluk Yesung.

“Kapan kau tiba disini? Kenapa tidak mengabari-ku”

lanjut Heechul setelah melepas pelukan singkat mereka.

Yesung tersenyum.

“Aku tiba kemarin. Mian, aku tak sempat memberitahumu.”

“Aish, kau ini, selalu begitu…”

Heechul mengalihkan pandangannya pada Hyun Jin yang menatap aneh pada Heechul. Heechul menatap Hyun Jin dari bawah ke atas seolah sedang merangkap bayangan Hyun Jin dalam memorinya.

‘Kenapa pria ini?’

batin Hyun Jin.

“Nugu-yo?”

Yesung yang mengerti maksud tatapan Heechul hanya menarik nafas lalu membuang secara perlahan tanpa menjawab pertanyaan Heechul.

“Chullie-ah, kau tidak mempersilahkan kami masuk, ehm?”

Suara Yesung mengalihkan pertanyaan Heechul yang baru tersadar bahwa mereka masih berdiri di depan pintu.

Heechul yang merasa malu hanya tertawa kaku.

“hehehe..mian Yesung-ei. Ayo masuk!”

***

Yesung menyesap minuman dingin yang baru saja di sajikan Heechul. Memainkan tepi gelas dengan telunjuknya namun matanya melirik Heechul yang menatap Hyun Jin. Membuatnya merasa gerah dan sedikit kesal.

“Apa kau putri dari pemilik Jung’s Golden Collection itu?”

Hyun Jin yang tadinya sedang menatap setiap sudut rumah Heechul, mengalihkan pandangannya menatap namja itu.

Hyun Jin tersenyum kaku. Dia bingung, apa dia mesti bangga atau malah kecewa?

“Jung Hyun Jin imnida. Bangapseumnida Heechul-ssi^^”

Bukannya menjawab, Hyun Jin malah memperkenalkan dirinya.

“Nado, Kim Heechul imnida^^”

Oh ya, berhubung aku lebih tua darimu, kau wajib memanggil-ku ‘OPPA’, arra?”

“O-oppa?”

Hyun Jin cukup kaget dengan permintaan Heechul. Kenapa? Seumur-umur dia tidak pernah menyebut siapapun dengan ’embel-embel’ OPPA ataupun ONNIE. Namun melihat tatapan Heechul, Hyun Jin tak punya opsi lain.

“N-ne arraseo, O..Oppa”

Heechul tersenyum

“Jadi dia putri pemilik….”

Heechul menghentikan ucapan-nya saat Yesung menatap Heechul tajam.

“Ne.. Ne…”

Heechul mengerti arti tatapan Yesung.

***

“Gadis itu memang benar-benar cantik. Tak salah jika selama ini ,dia digosipkan sering berkencan. Tapi dari wajahnya, dia terlihat polos. Emm..kalau begitu kapan-kapan aku ingin mengajaknya berkencan.”

Heechul menerawang membayangkan fantasinya.

Yesung merasa terganggu dengan ucapan Heechul.

“Cih, sejak kapan kau punya pikiran untuk berkencan dengan wanita?”

Cibiran Yesung yang langsung mendapat jitakan dari Heechul.

“Aw.. Appo!”

Yesung menatap kesal pada Heechul sambil mengelus jidatnya. Heechul menautkan tangan-nya didepan dada.

“Kau pikir aku ini abnormal, babo!”

Yesung tersenyum mengejek.

“Lagipula, kau pikir Hyun Jin mau berkencan dengan pria yang wajahnya…..”

“Ada apa denganku?”

Ucapan Yesung terpotong saat melihat kehadiran Hyun Jin yang baru saja kembali dari toilet.

Yesung dan Heechul saling berpandangan canggung membuat kening Hyun Jin berkerut karena pertanyaannya tidak dijawab.

Tiba-tiba, Heechul berdiri dan melangkah mendekati Hyun Jin. Tangannya menyentuh pipi Hyun Jin.

“Kenapa lama sekali ditoiletnya? Apa kau baik-baik saja?”

Bukannya menjawab, Heechul malah membuat kerutan dikening Hyun Jin bertambah.

Yesung yang melihat sikap Heechul ikut berdiri lalu menarik Hyun Jin yang berada disamping Heechul, membuat Heechul melepaskan tangannya dari wajah Hyun Jin. Tindakan Yesung membuat Hyun Jin tersentak.

“Ehh!”

Begitu juga dengan Heechul yang merasa aneh dengan sikap sepupunya itu. Tidak biasanya sang sepupu punya refleks bagus tentang wanita. Namun tiba-tiba senyum jahil tersungging dibibirnya.

“Chulli-yah, kami pulang dulu. Terima kasih buat waktu dan minumannya. Oh ya, lusa Choi Ahjussi mengadakan pesta ulang tahun pernikahannya dan aku diminta untuk mengundangmu. Kau harus datang. Arra! Baiklah kami pamit. Annyeong!”

Yesung melangkahkan kakinya sambil menarik tangan Hyun Jin, membuat Hyun Jin yang sedang membungkuk kearah Heechul, hampir saja terjatuh jika dia tidak menjaga keseimbangannya.

***

Yesung memarkirkan mobilnya di garasi rumah kediaman keluarga Choi. Setelah mematikan mesin mobil, Yesung melepas seatbelt lalu beranjak keluar namun ekor matanya melirik sejenak Hyun Jin yang menekuk wajahnya.

“Aku tahu wajahmu itu tidak cantik, tapi bisakah kau tidak menambah kadar keburukanya dengan menekuknya seperti itu?”

Hyun Jin mendelik tajam namja yang tengah menatap malas ke arahnya. Dia menggigit bibir bawahnya menahan geram. Tangannya gatal ingin menimpuk kepala besar milik namja sipit  bernama Yesung itu.

Yesung menggeleng lalu menutup pintu mobilnya kemudian melangkah masuk kedalam rumah meninggalkan Hyun Jin yang kekesalannya makin bertambah.

Bagaimana tidak kesal, dengan se-enaknya Yesung menyeret dirinya dari rumah Heechul Dia merasa aneh dengan sikap Yesung saat di rumah Heechul tadi, sempat terpikirnya Yesung –mungkin– cemburu melihat Heechul yang menggodanya namun detik kemudian Hyun Jin menggeleng cepat, menepis pikiran bodoh yang bersarang di otaknya.

Dengan malas Hyun Jin membuka pintu mobil lalu keluar dan masuk kedalam rumah.

***

Pagi ini Nyonya Choi mengajak Hyun Jin untuk shopping ke Boutique langganannya di sebuah Mall Seoul mengingat besok adalah hari ulang tahun pernikahan Tuan dan Nyonya Choi yang ke – 20 yang diadakan di salah satu Resort di Seoul. Mereka hanya berdua, tanpa Rae hee yang harus pergi kuliah pagi ini.

Hyun Jin membiarkan Nyonya Choi yang memimpin jalan. Dia hanya mengikuti langkah Nyonya Choi yang sedang mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru Mall.

Sejujurnya Hyun Jin merasa tak enak hati pada kebaikan hati keluarga Choi yang sudah menerimanya untuk tinggal di rumahnya dan sekarang dia harus menerima kebaikan itu lagi dengan menerima ajakan Nyonya Choi yang ingin mengajak shopping. Tapi disisi lain Hyun Jin merasa bahagia Nyonya Choi yang sudah dianggapnya sebagai Omma-nya mengajaknya untuk shopping bersama dan itu adalah impiannya sejak dulu. Ingin shopping dengan Omma-nya namun karena kesibukkan sang Omma, impian itu tak pernah terwujud.

Saking asyiknya dengan pikirannya, Hyun Jin tak mengetahui bahwa Nyonya Choi sudah menghentikkan langkahnya tepat di depan pintu masuk di Boutique langganannya sedang Hyun Jin terus berjalan bahkan melewati Nyonya Choi yang kebingungan.

“Hyun-geun?!”

Hyun Jin tersentak saat suara lembut itu berderai namun terkejut mendapati Nyonya Choi tidak ada di hadapannya. Dia terlihat panic namun tiba-tiba suara yang dikenalnya itu kembali berderai.

“Hyun-geun?!”

Suara Nyonya Choi kembali berderai membuat Hyun Jin menoleh kebelakang dan mendapati Nyonya Choi menatapnya bingung.

“Ahjumma…”

Hyun Jin melangkah kearah Nyonya Choi. Wanita paruh baya itu terseyum tipis.

“Gwencahana Hyun-geun?”

Hyun Jun tersenyum kaku.

“Nde, gwenchana-yo ahjumma.”

‘Babo-ya’

Hyun Jin merutuki kebodohannya.

Nyonya berjalan mendekati Hyun Jin. Menatap gadis itu denagn senyum lembutnya seolah mengerti denagn apa yang dirasakan gadis itu. Tangan halusnya menangkup wajah Hyun Jin membuat gadis itu menatap Nyona Choi.

“Hyun-geun, Ahjumma tahu apa yang sedang kau pikirkan. Tapi bisakah kau tidak usah memikirkannya…”

Hyun Jin terdiam.

“Sejak kau masuk kerumah kami, kami sudah menganggap-mu sebagai anak kami. Dan aku adalah Omma-mu jadi kau tidak perlu merasa sungkan, eum?”

Hyun Jin hanya mengangguk. Mulutnya serasa terkatup mendengar kalimat Nyonya Choi. Lagi- lagi hatinya bergemuruh. Rasa hangat menjalarinya lewat ucapan maupun sentuhan lembut tangan halus Nyonya Choi.

Nyonya Choi melepaskan tangannya dari wajah Hyun Jin lalu meraih tangan Hyun Jin dan menuntun Hyun Jin mengikutinya masuk ke dalam Boutique.

***

Yesung menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa yang tengah di dudukinya. Satu kakinya dinaikkan dan di tekuk. Matanya menatap serius acara yang sedang di tayangkan di TV. Mulutnya asyik mengunyah cemilan di toples yang dipegang tangan kanannya.

Ceklek!!

Reflek kepala Yesung terarah pada sumber suara yang ternyata berasal dari pintu masuk. Tak lama kemudian masuklah dua orang wanita, Nyonya Choi dan Jung Hyun Jin. Mereka terlihat sedang tertawa kecil. Mata Yesung mengarah pada tangan dua wanita itu yang penuh dengan bungkusan-bungkusan besar. Tanpa bertanya Yesung sudah tahu, dua wanita itu baru saja menghabiskan waktunya untuk berbelanja. Hal yang paling di bencinya dari seorang wanita.

Yesung menggeleng dan menghela nafasnya lalu kembali memposisikan dirinya dengan nyaman menonton TV.

“Dasar wanita…..”

***

 

Golden Seoul Resort

19.00 KST. Seoul City.

Klasik namun elegan. Itulah suasana yang memenuhi ruangan yang dijadikkan sebagai tempat acara 20th Anniversarry Choi’s Family. Para tamu undangan yang adalah kerabat, para sahabat dan klien dari keluarga Choi tak henti-hentiya berdecak kagum melihat design ruangan itu.

Seorang pria paruh baya namun masih sangat terlihat tampan dengan tuxedo hitamnya itu tengah bercengkrama kepada para tamu undangan. Sesekali dia menjabat uluran tangan para tamu. Dia  adalah Choi Siwon. Di lengannya terlingkar mesra tangan indah milik istrinya, Shin Hye Bin yang dengan setia mendampinginya. Wanita paruh baya itu terlihat sangat cantik malam hari ini. Dengan balutan gaun bridal putih panjang yang meng-ekspos bahu dan leher jenjangnya menambah kesan anggun. Rambutnya di-gulung ke atas dengan rapi. Lehernya yang indah semakin indah saat kalung bertahta-kan berlian melingkar disana. . Tamu-tamu yang datang tidak bisa untuk tidak memujinya. Mereka adalah pasangan yang serasi.

***

Yesung masuk duluan ke dalam lift yang sudah terbuka yang di ikuti Hyun Jin dengan langkah yang sedikit kesulitan. Gadis itu terlihat kurang nyaman dengan stiletto yang membalut kaki jenjangnya. Mungkin karena belum terbiasa.

Hyun Jin memposisikan dirinya berdiri disamping Yesung yang memasang wajah datarnya membuat Hyun Jin yang melirik dari ekor matanya lalu menghela nafas. Hyun Jin menunduk untuk melihat stiletto berwarna coklat gelap senada dengan dress press selutut yang terpasang di tubuhnya. Dress tanpa lengan membuat leher jenjangnya terpampang indah . Wajah cantiknya di poles se-natural mungki namun tak meredupkan pesonanyadan bibir merahnya dipoles dengan lipstick berwarna dessert rose.

Yesung menatap lurus ke depan dengan tangannya yang dimasukkan kedalam kantung celana hitamnya.Tanpa sengaja ekor matanya menatap Hyun Jin yang tengah menunduk sehingga sedikit mengekspos belahan dadanya yang putih. Dengan cepat Yesung mengalihkan pandangannya. Darahnya berdesir melihat pemandangan yang cukup menarik untuk pria normal sepertinya. Yesung menarik nafas dengan kasar merasa oksigen di dalam lift menipis, hawa panas seolah melingkupinya. Berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran yang membuatnya sesak nafas.

Hyun Jin kembali menegakkan tubuhnya ketika dilihatnya Yesung bergerak gelisah.

“Kau kenapa?”

Ucapan Hyun Jin sontak membuat Yesung menoleh kearah Hyun Jin. Gadis itu mengernyit melihat wajah gugup Yesung. Yesung sednag memikirkan jawaban  yang tepat ketika pintu lift yang terbuka menyelamatkannya dari pertanyaan Hyun Jin. Dengan langkah cepat Yesung segera berjalan mendahului Hyun Jin yang memasang tampang bingung.

‘Ada apa dengannya? Ck, dasar pria aneh!’

 

***

 

Tuan dan Nyonya Choi masih tetap sibuk melayani sapaan para tamu undangan ketika Hyun Jin  dan Yesung berjalan mendekat. Nyonya Choi yang menyadari kedatangan Yesung dan Hyun Jin memberi senyum manisnya. Giliran Yesung dan Hyun Jin yang tepat di hadapan Tuan dan Nyonya Choi.

“Chukkahamnida Ahjusii Choi..”

Yesung memeluk sang Paman lalu di ikuti Hyun Jin yang hanya menjabat tangan Tuan Choi. Melihat Hyun Jin yang mempesona malam ini membuat Tuan Choi tidak bisa menyembunyikan pujiannya.

“Kau sangat cantik malam ini Hyun-geun”

Hyun Jin hanya tersipu malu.

“Gamsahamnida Ahjusii”

“Ahjumma Choi, Chukkahamnida…”

Hyun Jin memeluk sang Ahjumma dengan hangat. Senyum menghias di bibir kedua wanita cantik itu. setelah cukup mereka melepas pelukannya. Mata teduh milik Nyonya Choi menatap wajah Hyun Jin, tangannya diulurkan untuk menyentuh wajah cantik itu.

“Ahjussi-mu benar, kau sangat cantik malam ini.”

Hyun Jin tersenyum tulus mendengar setiap kalimat dari mulut Ahjumma yang sudah dianggapnya sebagai Omma-nya. Bukan karena pujian tapi karena setiap deraian kalimat dan suara lembut yang memerdukan hati Hyun Jin.

“Gamsahamnida Ahjumma. Ahjumma juga sangat cantik malam ini.”

Nyonya Choi melepaskan tangannya dari wajah Hyun Jin. Yesung yang berdiri disamping Tuan Choi hanya tersenyum. Sulit mengartikan apa makna senyum itu. tiba-tiba Yesung seperti menyadari sesuatu.

“Dimana Rae hee?”

 

***

Tak jauh dari pasangan itu berdiri seorang gadis dengan balutan dress pink rose dengan payet-payet terjalin indah di dadanya menambah nilai manis dan imut dalam dirinya. Stiletto setinggi 10cm dengan warna senada menghias kaki jenjangnya. Rambutnya ikalnya dibiarkan tergerai dan make-up natural menghias dirinya.

Namun sayang, wajah gadis itu sedikit di tekuk terlihat  bosan sedang menderanya. Gadis itu menangkupkan kedua tanganya di depan dada , matanya tertuju pada sepasang suami-istri yang tertawa bahagia. Ya, gadis itu adalah Choi Rae Hee anak dari Tuan Choi Siwon dan Nyonya Choi Hye Bin.

“Aisshhhh…kapan acara ini akan dimulai?”

Karena bosan, Rae hee berjalan menuju meja yang tersedia dengan hidangan yang siap santap. Tanganya meilih beberapa kue-kue coklat lalu memasukkan ke dalam mulutnnya denagn kasar ambil menggerutu kecil.

Mulut Rae hee penuh dan terlihat menggembung. Rae hee tetap mengunyah makanannya dengan santai tanpa memperdulikan tatapan aneh atau gelengan kepala dari para tamu yang melihat tingkah Rae hee. Bagaimana tidak? Seorang gadis cantik menggerutu kecil dengan mulut yang penuh dengan makanan. Astaga!

 

***

Pesta berlangsung sangat meriah. Para tamu undangan terlihat amat menikmati suasana pesta. Acara inti baru saja dilewati, prosesi ulang tahun pada umumnya, meniup lilin dan memotong kue ulang tahun  setinggi 10cm dengan baluran keju dan diatas kue itu terdapat lilin berbentuk angka 20 dan hiasan sepasang cupid manis berwarna senada  olehTuan dan Nyonya Choi. Dan kue pertama yang diberikan kepada anak tunggal yang sangat mereka kasihi, Choi Rae Hee lalu di susul oleh Yesung dan Hyun Jin dan diakhiri oleh ciuman mesra yang didaratkan Tuan Choi dibibir indah istrinya ,Nyonya Choi dan langsung mendapat tepuk tanag meriah dari para tamu undangan.

Acara selanjutnya diisi oleh penampilan penyanyi solo berbakat, Baek Ji Young.

Dan disinilah Hyun Jin, berdiri diantara orang-orang ynag tak dikenalnya. Setelah acara inti tadi Yesung menghilang entah kemana begitu juga dengan Raehee . sedang Tuan dan Nyonya Choi sibuk menerima ucapan selamat dari para tamu.

Seorang pelayan pria menghamipri Hyun Jin dengan nampan coklat ditangan kanannya.

“Permisi, nona mau minuman?”

Pelayan itu menawarkan minuman soft drink mengisi tiap-tiap gelas. Hyun Jin meraih tangkai gelas yang berisi cairan berwarna orange.

“Gomawo”

Pria itu hanya membungkuk sambil tersenyum lalu beranjak dari hadapan Hyun Jin.

Hyun Jin menyesap cairan orange itu dengan lambat seolah hanya menyalurkan rasa minuman itu dilidahnya. Rasa bosan meliputinya. Biasanya Hyun Jin sangat menyukai hal-hal yang berbau pesta. Namun berbeda untuk malam ini, dia mulai muak dan gerah dengan suasana pesta yang mengingatkannya akan peristiwa menyedihkan dalam hidupnya. Kesepian. Diriuh riah pesta malam ini Hyun Jin merasa sendiri, hatinya kembali dingin. Dia membutuhkan seseorang yang bisa menghangatkan hatinya saat ini. Dia masih cukup waras unutk tidak meminta Nyonya Choi menemaninya apalagi meminta Yesung berdiri disampingnya. Gadis itu menggeleng cepat berusaha mengenyahkan kerja syarafnya yang terganggu akibat rasa kesepian bodoh itu lalu kembali meneguk minumannya. Bibir mungilnya mengerucut begitu saja, sikap refleksnya saat merasa kesal dan bosan.

Tiba-tiba Hyun Jin merasa sesuatu menyentuh bahu kanannya. Dia menoleh dan tersentak ketika mendapati seorang pria botak yang –mungkin– sudah ‘berkepala empat’ sedang tersenyum kearahnya.

“Annyeong Aggashi… sendirian saja..”

Tangan pria itu turun meraih tangan Hyun Jin lalu menggenggamnya. Hal itu membuat Hyun Jin menegang.

“Boleh aku temani?”

Pria itu kembali tersenyum yang menurut Hyun Jin sangat menjijikan.

Hyun Jin yang merasa risih tangannya disentuh pria paruh baya itu , mulai memberontak minta dilepaskan .

“Mianhamnida  Aku memang ingin sendiri. Bisa tolong singkirkan tangan anda, Tuan?”

Bukannya melepaskan, pria botak itu semakin mengeratkan genggamannya di tangan Hyun Jin dengan senyum makin lebar dibibirnya mebuat Hyun Jin menatapnya ngeri.

***

Yesung tengah menyesap cairan hijau dari gelasnya. Matanya yang kecil namun tajam focus pada satu titik. Entah sudah berapa lama dia menikmati objek pandangnya itu seolah itu adalah objek yang menarik dan amat sangat disayangkan jika dilewatkan begitu saja.Namun dia tak berniat untuk mengampirinya. Objeknya adalah seorang gadis manis lebih tepatnya mempesona, yang tampak bosan. Bibir manyun gadis itu terlihat seksi dimata Yesung yang mampu membuat jantungnya berdetak diluar jangkauan hanya karena menatapnya saja dan menimbulkan perasaan yang bisa membuatnya bekerja diluar kendali. .Yesung sadar makhluk lain dalam dirinya akan bangkit jika dia berada di dekat gadis itu dan menghirup aroma melon fresh yang menyeruak dari  tubuh gadis itu yang entah sejak kapan menjadi candu baginya. Itulah alasannya, mengapa dia tidak menghampiri gadis itu. Ah bukan! Lebih tepatnya menahan diri untuk tidak menghampirinya

Bibirnya hampir melengkungkan sebuah senyum saat seorang lelaki paruh baya tanpa rambut dikepalanya menghampiri gadis itu. Tangan kanannya mencengkram erat tungkai gelas yang tengah dipegangnya saat tangan pria botak itu menggenggam paksa  tangan gadis itu. Rahangnya mengeras saat gadis itu berusaha melepaskan tangannya dari pria botak yang sedang menyerianginya. Makhluk lain dalam dirinya akhirnya keluar begitu saja tanpa bisa di kendalikan olehnya. Setelah terlebih dahulu meletakkan gelasnya di meja, dengan cepat namun tegas dia berjalan kearah gadis yang tengah ketakutan itu.

***

Hyun Jin masih berusaha melepaskan tanganya dari pria botak itu, namun aksi tarik menarik itu akhirnya terhenti saat sebuah suara bass bernada dingin berderai diantara mereka.

“Singkirkan tanganmu,Tuan!!”

Pria botak itu menghentikkan gerakannya, matanya menatap lurus kedepan, belakang Hyun Jin.Hyun Jin yang seperti mengenal nada suara itu berbalik dan shock saat mendapati sosok Yesung dengan sikap coolnya sudah berdiri di belakangnya. Dan dengan santainya mengambil tempat diantara Hyun Jin dan pria botak itu.

Hyun Jin masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Ada rasa bahagia saat tahu bahwa orang yang ‘menyelamatkannya’ adalah pria berkepala besar yang menjadi rival hari-harinya. Merasa sikap Yesung ini seperti adegan heroic sang pangeran di drama-drama yang sering ditontonnya.

Yesung tersenyum tipis saat matanya menangkap raut keterpesonaan di mata Hyun Jin namun matanya beralih pada pria botak yang masih belum melepaskan tangannya dari tangan gadis itu. Pria botak itu mendesah kasar. Yesung tersenyum sinis.

‘Astaga, pria botak ini memang menyebalkan’

“Tuan, tolong lepaskan tangan A-N-D-A.!!”

Ucap Yesung lagi dengan penuh penekanan. Hyun Jin masih belum tersadar dari ketidakpercayaannya meski suara Yesung kembali berderai.

“Jangan ganggu gadis ini.”

Lanjutnya.

Pria botak itu menyeriangi. Memutar bola matanya kesal dikesal diganggu Yesung.

“Ck, anak muda. Bisakah kau tidak menggangu kesenanganku, hah!!??”

“Tsk….

Yesung mendekat kearah pria botak itu. Menatap pria itu geram membuat si pria botak sedikit berjengit.

“Jangan ganggu gadis ini, karena…

Yesung mengalihkan pandangannya pada Hyun Jin dan menyeriangi.

“….gadis ini terjangkit Skizofrenia Syndrome.”

 

Pria botak itu menatap Yesung bingung begitu juga Hyun Jin yang sudar sadar dari lamunannya dan membalas tatapan Yesung dengan kening berkerut. Yesung kembali menoleh pada pria botak itu..

“Gangguan kejiwaan!.”

“MWOOOOOO?!!!!”

Pria itu kaget dan langsung menghempaskan tangan Hyun Jin, menatap Hyun Jin ngeri lalu berjalan meninggalkan Yesung dan Hyun Jin yang shock setengah mati. Apa katanya tadi? Gangguan jiwa?? Batin Hyun Jin tak percaya. Padahal baru saja bibirnya akan mengulas senyum melihat sikap manis Yesung menolongnya dari pria botak itu namun kata-kata Yesung barusan menghempaskan perasaan bahagia yang sempat tersemat dihatinya dan cepat-cepat menarik kata ‘manis’ itu.

Yesung tersenyum puas ketika ucapannya berhasil membuat pria botak itu pergi menjauh. Dia merasa baru saja menjadi seorang pahlawan ‘kebetulan’. Matanya kembali menatap Hyun Jin yang tengah menatapnya tajam. Melihat ekspresi gadis itu, Yesung tak bisa menahan tawanya, dia tahu gadis itu pasti sedang kesal setengah mati.

“Hahaha……Tak kusangka ternyata seleramu berubah. Apa kau tidak bisa menggaet pria yang lebih tampan dari pria botak itu,em..? Haahahaahha…

Hyun Jin menggigit bibir bawahnya geram melihat Yesung yang kembali tertawa. Dan…

“Hahaha…Auwww…..!!!”

Yesung menjerit kesakitan  sambil mengangkat kaki kirinya ketika tungkai stileeto Hyun Jin menginjak kakiYesung.

Hyun Jin menyeriangi puas, kedua tangannya dilipat didepan dada setelah terlebih dahulu meletakkan gelasnya dinampan seorang waitress yang kebetulan lewat…

“Gangguan Jiwa? Cih—. Lalu kau apa, hah? Bukankah pria yang lebih gila yang bersedia mendekati wanita gila..? Menyebalkan!!”

“YAA….YAAA.. mau kemana kau?. Seharusnya kau berterima kasih padaku karena sudah menolongmu..  Ya!! Aisshh…Auwww!!”

Teriak Yesung sambil melambaikan tangannya yang bebas dan tangannya yang lain memegangi kaki kirinya saat melihat Hyun Jin dengan santai meninggalkan dirinya yang kesakitan setengah mati.

[ Backsound : Big Bang – Beautiful Hangover ]

 

To Be Continued…………………

Image

Beautiful Target (1)

Gambar

Title                       :  Beautiful Target

 

Author                  :  Giadore Shin

                                @AyuWon92

 

Main Cast            :

  • Kim Jong Woon a.k.a Yesung
  • Jung Hyun Jin

Support Cast      :

  • Choi Siwon
  • Shin Hye Bin
  • Choi Rae Hee
  • Kim Hee Chul

Genre                   : Drama

Length                  : Series

 

Rating                   : PG 15

 

Warning              : Typo Everywhere

 

Disclaimer          : This is my FF and just for fun^^.

                                  RCL and NO BASH *gomawo*

 

 

 

Story begin ~~

 

^ Backsound – Tablo ‘Epik High’_ Tomorrow ^

 

Happy reading!^^

 

***

 

Seorang yeoja memandang kosong pemandangan yang ada diluar jendela kereta api yang tengah ditumpanginya. Disandarkan kepalanya dikaca jendela yang bertumpu pada tangan kirinya.

Raut wajahnya menandakan kerumitan hidup yang tengah dialami gadis itu.

“Bagaimana perasaanmu Nona Jung?”

seorang namja bermata kecil menoleh pada gadis yang bernama Jung Hyun Jin.

Gadis itu hanya menghela nafas. Tidak merubah posisinya.

Gadis bernama Jung Hyun Jin itu adalah putri dari seorang pengusaha sukses yang bernama Jung Jin Young. Pemilik dari Jung’s Golden Collection. Pengusaha sukses yang terkenal di Seoul. Jung Hyun Jin sangat beruntung bisa terlahir dari keluarga terpandang itu. Dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan sejak kecil tanpa perlu berusaha. Namun sayang, Hyun Jin sangat kekurangan cinta kasih dari kedua orang tuanya. Appa-nya selalu disibukan dengan bisnis – bisnis dan bisnis! Dan Ommanya, sibuk dengan dirinya sendiri. Sejak kecil Hyun Jin selalu ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Hal itu membuat Hyun Jin selalu merasa kesepian. Ya, Hyun Jin memang tumbuh menjadi gadis yang cantik bahkan sampai di saat masuk Sekolah Menengah Atas, Hyun Jin adalah gadis tercantik. Namun sayang, gadis cantik itu berhati beku. Karena selalu merasa kesepian, Hyun Jin sering membuat pesta dirumahnya dengan mengundang teman-temannya bahkan sampai lulus dari Universitas. Hyun Jin bisa disebut gadis pesta. Selain pesta, dia juga sering pergi berkencan dengan pria-pria yang disukainya namun dia hanya mempermainkan, tak sedikitpun dia menaruh hati pada setiap pasangan kencannya. Itu hanya bentuk pelampiasan. Rasa kesepian yang merayap dihatinya. Hati yang selalu kosong meski tak seorang pun yang tahu itu.

Sampai pada saat, dimana perusahaan Appa-nya mengalami kebangkrutan, semuanya berubah dalam sekejap. Kekayaan dan kemewahan yang dirasakan Hyun Jin seakan lenyap tak bersisa. Bahkan orang tuanya pun tega meninggalkan Hyun Jin yang tengah terlelap malam itu. Paginya dia baru tahu perusahaan keluarganya mengalami kebangkrutan dan orang tuanya melarikan diri keluar negeri. Rasanya dunia runtuh seketika. Hatinya hancur berkeping bahkan kepingan pun masih cukup besar dibanding bentuk hatinya. Tak ada tempat bertumpu. Hyun Jin merasa menjadi gadis menyedihkan. Saat itulah seorang namja yang tak dikenal Hyun Jin datang menawarkan diri untuk membantunya. Awalnya dia menolak keras tawaran pria itu, selain karena tidak kenal, rasa gengsi dalam diri Hyun Jin pun membuatnya merasa tidak butuh kasihan dari siapapun. Namun melihat keadaan yang sangat rumit, Hyun Jin akhirnya sedikit menurunkan gengsinya. Menerima tawaran namja itu yang sekarang membawanya ke sebuah desa yang Hyun Jin pun tak tahu namanya. Sebenarnya Hyun Jin sedikit curiga dengan namja itu.

Siapa namja itu?

Apa namja itu benar-benar tulus membantunya?

Itulah sebercak tanda tanya di kepalanya. Hyun Jin juga sedikit bingung dengan sikap namja yang tertidur disampingnya. Namja itu tidak memperlihatkan sedikit pun ketertarikannya pada Hyun Jin. Biasanya pria-pria yang dijumpainya pasti akan langsung memuja kecantikan Hyun Jin atau setidaknya menatap Hyun Jin penuh gairah namun berbeda dengan namja itu.

Hyun Jin mengalihkan pandangannya menatap namja disampingnya.

“Lekuk wajahnya sangat tampan dan lembut-”

batin Hyun Jin.

“Apa aku terlalu tampan, sampai kau menatapku seperti itu?”

Hyun Jin terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Mukanya memerah. Malu. Dia cukup kaget, ternyata namja itu tidak tertidur.

“Cih~ ”

Namja itu terkekeh mendengar desisan kesal Hyun Jin.

“Aku Kim Jong Woon. Kau bisa panggil aku YeSung….”

Hyun Jin menoleh. Namja yang bernama Yesung pun menatap Hyun Jin dan tersenyum sekilas. Namun itu sangat manis.

Yang cukup membuat Hyun Jin terpaku sejenak. Dadanya bergemuruh. Ada rasa hangat saat melihat senyum itu. Senyum hangat yang belum pernah dia terima atau rasa hangat dalam hatinya yang didapatnya dari teman kencan prianya dulu.

“..saat ini kita dalam perjalan ke Cheon-Dung”

Lamunan Hyun Jin terpecah saat suara Yesung berderai. Cepat-cepat dia menormalkan raut wajahnya. Berusaha datar.

“Apa tujuanmu tuan Kim?”

Yesung mengikuti arah pandang Hyun Jin. Menatap jalanan berbatu yang tengah mereka lewati.

“Kau pikir apa yang bisa kulakukan terhadap Nona terhormat sepertimu?”

Hyun Jin mendelik cepat kearah Yesung. Persepsinya tentang Yesung langsung berubah. Tadinya Hyun Jin mengira Yesung adalah namja lembut. Tapi…

“Cihh~~ Apa maksudmu?”

Yesung tersenyum mengejek. Dia menunduk untuk mensejajarkan wajahnya pada Hyun Jin.

“Aku tidak menyukaimu Nona Jung yang terhormat. Aku melakukan ini hanya karena merasa kasihan pada gadis terhormat yang malang sepertimu?”

Wajah Hyun Jin mengeras. Tangannya mengepal kuat. Ingin rasanya dia menampar pipi mulus namja brengsek dihadapannya yang tengah tersenyum menyerianginya namun niat itu diurungkan melihat namja itu sudah sejauh ini membantunya keluar dari masalahnya. Hyun Jin membuang tatapannya ke depan. Menghela nafasnya dengan kasar.

“Kalau kau tidak menyukaiku, kenapa kau menolongku?”

“Jadi kau berharap aku menyukaimu Nona Jung yang terhormat?”

“Mworago?”

“Sigh, mungkin setiap pria akan terbius akan kecantikanmu…”

Yesung mendekatkan mulutnya ke telinga Hyun Jin. Terasa hembusan nafas Yesung di telinganya menggelitik Hyun Jin. Jarinya menyentuh pipi halus Hyun Jin. Membuat gadis itu menegang.

“..namun tidak denganku. Kecantikan mu tidak sedikit pun berpengaruh buatku.” lanjut Yesung lalu mencium sekilas pipi Hyun Jin.

Hyun Jin membulatkan matanya. Dadanya kembali berdetak lebih cepat. Niatnya untuk menampar Yesung kembali diurungkan, entah kenapa diat tak memiliki keberanian untuk menatap Yesung. Hyun Jin hanya menunduk, menyembunyikan rona merah pipinya. Dan itu cukup membuat Yesung tersenyum puas.

***

“Yesung oppa!”

Gadis muda berlari turun dari kamarnya sambil berteriak senang.

“Rae Hee-ah…”

Gadis yang bernama Choi Rae hee itu langsung memeluk Yesung. Terlihat mereka sudah sangat lama tidak bertemu. Yesung memang bukan kaka kandung dari Rae hee, namun keluarga Rae hee sudah menggangap Yesung seperti anak angkat atau bisa disebut Yesung sebagai oppa buat Rae hee. Setelah puas, Rae Hee melepas pelukannya.

“Apa kabar oppa?”

Raehee bergelayut manja di lengan Yesung. Dia belum menyadari ada sepasang mata yang menatap kesal pasangan sejoli beda generasi itu.

Yesung tersenyum manis.

“Baik. Bagaimana denganmu Rae hee-ah?”

“Nado oppa.

Hyun Jin mulai kesal merasa diabaikan. Rae hee menoleh ke arah Hyun Jin lalu menatap Yesung.

“Nugu-yo?”

“Dia Jung Hyun Jin. Untuk sementara waktu Nona ini akan tinggal disini bersama oppa.”

jelas Yesung.

Rae hee melepaskan tangannya dari lengan Yesung lalu berjalan mendekati Hyun Jin. Menatap Hyun Jin dari atas sampai bawah yang membuat Hyun Jin sedikit jengah. Hyun Jin melirik Yesung yang hanya menggidikan bahunya.

“Wah, Hyun Jin Onnie cantik sekali~”

ucapnya polos.

“Mwo?? Ehm.. Kau juga cantik Rae-yah.”

balas Hyun Jin tulus sambil sedikit salah tingkah. Yesung hanya tersenyum mengejek.

“Selamat datang Nona Jung..!”

Suara berat itu membuat tiga anak manusia menoleh kesumbernya. Ternyata tuan Choi Siwon dan istrinya Shin Hye Bin atau Nyonya Choi yang baru saja tiba. Hyun Jin cukup terkejut mendengar namanya disebut. Hyun Jin membungkuk hormat pada sepasang suami istri itu sambil melirik -lagi- Yesung.

“Annyeong hasimnikka ahjussi ahjumma. Jung Hyun Jin imnida.Terima kasih telah mengizinkan saya tinggal disini.”

Tuan Choi dan istrinya tersenyum tulus.

“Gwenchana. Yesung telah menceritakan semuanya. Kau bisa tinggal disini selama kau mau. Anggap saja kami keluargamu”

“Ye, kami harap kau nyaman tinggal disini” sambung Nyonya Choi.

Hyun Jin tersenyum tulus menatap Tuan dan Nyonya Choi. Hatinya begitu hangat mendengar sambutan ramah dari keluarga ini. Dia bisa melihat sosok Ayah dan Ibu impiannya. Mata Hyun Jin memanas. Cairan bening seolah mendesak keluar, namun sekuat tenaga dia menahannya.

“Jeongmal Gamsahamnida Ahjusi Ahjuma.”

Hyun Jin kembali membungkuk. Yesung tersenyum.

***

Hyun Jin menelisik seluruh sudut kamar yang akan ditempatinya selama tinggal di kediaman keluarga Choi. Rumah yang bernuansa klasik namun dipadu dengan barang-barang modern memberi nilai estetika di matanya.

“Mungkin tidak sebanding dengan kamar dirumahmu, namun kami harap kau nyaman tinggal disini Hyun-geun~”

Suara lembut wanita paruh baya menyadarkan Hyun Jin dari lamunannya. Bukan hanya suara namun sebutan nama yang lembut, yang belum pernah dia terima sekalipun dari kedua orang tuanya.

“Ahjumma~”

Nyonya Choi tersenyum ke arah Hyun Jin yang tengah menatapnya sayu. Wanita itu berjalan mendekati Hyun Jin lalu menyentuh pundah Hyun Jin lembut.

“Hyun-geun, jika kau butuh sesuatu, jangan sungkan minta tolong pada kami. Kami akan dengan senang hati membantumu~”

“Ahjumma~”

Hanya kata itu yang keluar dari bibir Hyun Jin. Seakan hatinya terenyuh mendapat sentuhan lembut dari sosok Omma yang dia impikan. Matanya menatap Nyonya dengan mata yang berkaca-kaca.

Nyonya Choi tetap tersenyum sambil menyentuh wajah Hyun Jin.

“Istirahatlah. Kau pasti lelah. Lihat! Wajahmu terlihat pucat~”

Nyonya menjauhkan tangannya dari wajah Hyun Jin.

“Selamat beristirahat”

Nyonya Choi beranjak dan berjalan ke arah pintu. Namun baru saja tangannya menyentuh gagang pintu, suara Hyun Jin berderai. Nyonya membalikan tubuhnya menatap Hyun Jin.

“Aku suka kamar ini. Neomu Joahayo Ahjumma. Gamsahamnida Ahjumma”

Hyun Jin membungkuk hormat lalu tersenyum tulus. Air mata yang tak terbendung pun keluar begitu saja dari pelupuk matanya.

Melihat itu, Nyonya Choi membalasnya dengan tersenyum.

***

Selesai makan malam keluarga Choi berkumpul di ruang keluarga. Namun Hyun Jin meminta diri untuk menikmati malam di tepi kolam milik keluarga itu.

Saat ini dia tengah duduk ditepi kolam. Kakinya dibiarkan tenggelam menikmati dinginnya air kolam. Tangannya diletak dibelakang sebagai tumpuan dan matanya menatap hamparan langit malam yang luas. Menatap orbit malam seolah ada sesuatu yang dicarinya disana. Sesekali Hyun Jin menghela nafasnya pelan sambil memejamkan matanya. Semilir angin malam menerpa wajah putihnya. Mengacak rambut hitamnya dengan kasar.

“Kau kira dengan memejamkan mata kau bisa melihat masa depan”

Nada dingin di suara berat itu membuat Hyun Jin membuka mata dan mendapati sosok namja bermata sipit duduk disampingnya dengan posisi yang sama. Hyun Jin menatap kesal ke arah Yesung. Ya, namja usil itu adalah Yesung.

“Aish, mengganggu saja~”

desis Hyun Jin yang masih bisa didengar Yesung. Yesung hanya terkekeh pelan.

Sejenak suasana hening. Hanya bunyi suara percikan air yang dimainkan kaki Yesung.

“Apa orang tuamu sudah menghubungimu?”

Yesung memulai topik pembicaraan. Hyun Jin yang tadinya menatap langit mengalihkan pandangannya pada Yesung yang tengah asyik menendang-nendang air kolam.

Hyun Jin menundukan kepalanya seraya menghembuskan nafasnya pelan.

“Belum~. Ku rasa mereka sudah melupakan ku.”

Yesung menoleh pada Hyun Jin yang menunduk lemah.

“Kau membenci mereka?”

Hyun Jin menggeleng.

“Anni. Mereka orang tuaku dan akan tetap seperti itu. Sejahat apapun mereka, tak akan pernah mengubah bahwa karena merekalah aku bisa ada disini.Aku menyayangi mereka.”

Yesung terpukau dengan jawaban Hyun Jin. Meski dia pernah tahu bahwa Hyun Jin adalah gadis penggoda yang suka kencan dengan pria-pria namun ternyata Hyun Jin adalah gadis polos. Sisi berbeda yang baru saja ditemukan oleh seorang Yesung.

“Jangan terlalu men-dramatisir.”

Hyun Jin menoleh cepat ke arah Yesung. Menatap Yesung penuh kesal. Yesung hanya terkekeh, sebenarnya bukan kata-kata itu yang ingin dia katakan. Namun apa daya dia hanya ingin gadis disampingnya tidak menunjukkan wajah sedih yang membuat hati Yesung ikut merasa sedih. Lebih baik baginya melihat gadis itu marah dari pada menunjukkan ekspresi menyedihkan.

“Apa maksudmu?”

“Haha.. Diusiamu yang kepala dua kau baru menyadari bahwa kau menyayangi orang tuamu. Ckck, tidak salah selama ini kau sibuk membagi kasih sayang pada teman-teman kencan mu”

“Kau pikir aku seburuk itu!”

Hyun Jin mulai terlihat jengkel.

“Bukankah aku benar? Gadis pesta sepertimu pasti sering berbagi kasih sayang. Aku rasa itu permainan yang menyenangkan.”

Mendengar itu, Hyun Jin bertambah jengkel. Namun sebisa mungkin dia menahan itu semua. Dia tahu pria sejnis Yesung ini sangat menyebalkan jika menanggapi sikapnya. Tiba- tiba seulas senyum menyeriangi tampak di bibir Hyun Jin. Dia memandang nakal kearah Yesung.

“Ye, kau benar. Aku sangat menyukai permainan. Apalagi dengan orang yangmenyenangkan, Yesung-ei.”

Yesung yang melihat senyum itu cukup terkesima, namun balik menyeriangai gadis itu.

“Benarkah?”

Tanpa terdeteksi oleh waktu, bibir Yesung sudah menempel di bibir Hyun Jin. Tangan besar Yesung menangkup wajah Hyun Jin posesif seolah tak ingin gadis itu menghindar dari perlakuannya. Yesung mencium bibir Hyun Jin selembut mungkin membuat Hyun Jin yang awalnya terbelalak dan kaget mulai memejamkan matanya menkmati sentuhan hangat bibir Yesung dibibirnya. Hyun Jin merasa darahnya menggelegak dari urat vena-nya menuju jantungnya menyebabkan hentakan yang cukup kuat. Perasaan hangat yang menjalari hatinya yang beku dan belum pernah didapatkannya selama ini. Dia merasa nyaman dengan sentuhan namja ini. Yesung pun merasakan hal yang sama. Tangananya yang memegang wajah Hyun Jin bergetar bila dia mulai menyentuh Hyun Jin lebih dalam. Perasaan yang baru ditemuinya bersama gadis itu. Tak bisa di pungkiri  jantungnya pun terasa hangat dan menghentak keras.

Namun entah dari mana, Yesung akhirnya mendapat kesadarannya disaat dia mulai merasa  tak terkendali dan melepaskan tautan mereka, namun tak menjauhkan wajahnya dari Hyun Jin. Hyun Jin yang sadar Yesung melepaskan ciumannya merasa sedikit kecewa namun dia berusaha untuk tidak menunjukkannya. Masih terdengar hembusan. nafas mereka yang sedikit memburu.

Perlahan Yesung mengarahkan telunjuk kirinya menelusuri lekuk pipi kanan Hyun Jin, sedang tangan kanannya masih menangkup wajah Hyun Jin. Tercipta seulas senyum menyeriangi dari bibir Yesung.

“Nona Jung,  sebenarnya aku akan sangat senag hati meladeni mu. Tapi, aku beri kau kesempatan untuk keluar dari permainan ini.”

Hyun Jin masih tak bergeming saat Yesung melepaskan wajahnya. Yesung bangun dari duduknya berjalan menjauh meninggalkan Hyun Jin yang masih terdiam . Hyun Jin menatap punggung Yesung yang semakin menjauh lalu menghilang dibalik pintu.

Hyun Jin menormalkan kembali posisi tubuhnya. Dia masih duduk ditepi kolam. Kepalanya didongkakan menatap langit yang makin gelap. Lalu memejamkan matanya. Tangan kanannya diletak didadanya yang masih berdebar kencang. Mungkin tadi, bukanlah first kissnya namun ini pertama kalinya hatinya yang dingin merasa hangat dan jantungnya berdetak sangat cepat. Dia merasa nyaman dengan sentuhan Yesung.

“Apa mungkin aku mulai menyukaimu, Yesung-ei? Atau mungkin lebih dari itu?”

batinnya.

Perlahan tangan kanan Hyun Jin beralih menyentuh bibirnya lembab. Masih terasa oleh Hyun Jin bibirnya yang disentuh lembut bibir Yesung. Tanpa sadar bibir Hyun Jin melengkung indah menciptakan sebuah senyum indah. Ada rasa bahagia mengingat perlakuan lembut Yesung.

Hyun Jin membuka matanya.

“Aku mulai merindukan mu~”

***

Sesampainya di kamar Yesung langsung menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. Nafasnya terdengar memburu.

“Aarrrgghh. . !!”

Yesung bangkit dari tidurnya. Berjalan menuju kamar mandi yang ada didalam kamarnya. Dibasuh wajahnya dengan kasar. Matanya beralih menatap pantulan wajahnya di cermin yang ada dikamar mandinya.

“Apa yang telah kau lakukan Yesung bodoh! Paboya!!”

Yesung merutuki kebodohannya yang lepas kendali. Dia masih bisa merasakan wangi perfume aroma melon milik Hyun Jin melayang-layang di memorinya.

Yesung menggeleng kuat.

“Anni. Tidak mungkin. Aku tidak mungkin menyukainya. Ingat Yesung, ini hanya permainan..!”

Namun sayang, kalimat Yesung tidak sesuai dengan hatinya yang masih berdebar. Tangannya yang memegang sisi wastafel bergetar efek hentakan dari jantungnya.

“Lupakan. . Lupakan. . Lupakan. . !”

Yesung menepuk-nepuk pipinya saking frustasinya.

***

Keluarga Choi beserta Hyun Jin dan Yesung sudah duduk tenang di meja makan sambil menikmati sarapan buatan Nyonya Choi.

“Masshita!”

Nyonya Choi tersenyum mendengar ucapan Hyun Jin. Dia memandang Hyun Jin yang tengah menyantap makanannya dengan semangat dan lahap.

 

^ Backsound – Tablo ‘Epik High’_ Tomorrow ^

 

 

To Be Continued………

Ckckc. FF yang satu belon kelar, eh datang lagi bawa FF baru. maklum bang ‘INSPI’ lagi nemplok di ubun-ubun. kekeke^^

tetap harap RCL nya yaaaa…..

*deep bow*

 

Gamsahamnida^^