Author : Giadore Shin
@AyuWon92
Cast :
*Kim Jong Won a.k.a Yesung
*Jung Hyun Jin
Guest Cast :
*Choi Rae hee
*Kim Heechul
*Choi Siwon
*Shin Hyebin
Genre : Drama
Rating : T
Length : Multi-Chaptered
Disclaimer : This story is mine! Pure from my imagine. Just for fun.
Happy Reading!!
***
(Backsound : Super Junior – Gulliver)
***444***
Previous part
Heechul dan Rae hee terkejut saat melihat Hyun Jin dan Yesung begitupun sebaliknya.
“Ka-kalian??!!”
***444***
Part IV begin……
Boulecard Residence, 407 Cheon-Dung Street.
Choi’s Family House on 07.15AM
Malam berganti pagi yang sejuk. Matahari sudah menampakkan wujudnya namun hangatnya terselimuti oleh musim dingin yang dimulai pagi ini. Penghangat ruangan pun tampak menyala disebuah ruangan di rumah mewah milik keluarga Choi. Namun berbeda dengan sikap beberapa dari anggota keluarga Choi. Tuan Choi bisa lihat itu dari sikap anaknya, Rae hee beserta Yesung dan Hyun Jin. Mereka tampak diam dan…sedikit kaku; kerutan dikening Tuan Choi makin bertambah saat sang istri, Nyonya Choi melirik pada suaminya dengan wajah yang meminta penjelasan.
Tuan Choi meneguk air putih dari gelasnya lalu mengambil serbet yang terletak dipangkuannya dan membersihkan sudut bibirnya. Matanya tak lepas dari tiga anak manusia yang terlihat aneh dipandangannya.
“Bisa kalian beritahu, sebenarnya apa yang terjadi semalam?” Tuan Choi membuka suaranya setelah berdehem pelan. Pertanyaan Tuan Choi berhasil membuat tiga anak manusia itu mendongkak cepat secara bersamaan yang membuat Nyonya Choi menggeleng.
Raehee menoleh gusar pada Hyun Jin begitupun Hyun Jin; matanya mengerjap bingung. Namun berbeda dengan Yesung, meski pertanyaan Tuan Choi cukup membuatnya hampir tersedak, dia cukup pandai menjaga sikapnya. Acuh tak acuh.
Melihat tak adanya respon dari mereka, Tuan Choi hanya menghela nafas, “Baiklah kalau begitu, Appa tidak memaksa kalian untuk menjawab. Tapi bisakah suasana pagi ini lebih hangat, eum?”
***
Hyun Jin membaringkan tubuhnya diatas tempat tidurnya; menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu mengusapnya kasar. Pipinya tampak memerah. Pertanyaan Tuan Choi tadi mengingatkannya pada kejadian tadi malam. Dia benar-benar tak menyangka Raehee akan memergokinya dengan posisi yang sangat memalukan.
“Hwaaaa…”
Hyun Jin menutup wajah merahnya dengan guling bersarung angry bird-nya.
‘Yesung brengsek!’ rutuknya dalam hati.
Hyun Jin bangkit dari tidurnya setelah mendengar ketukan di pintu kamarnya. Dia membiarkan guling-nya jatuh begitu saja. Dengan malas dia melangkah menuju pintu. Dia meneguk ludahnya dengan susah payah saat mendapati Raehee berdiri didepan pintu kamarnya. Apalagi ini? Batinnya.
“Boleh aku masuk, onnie?”
Pertanyaan Raehee mengembalikkan kesadaran Hyun Jin yang tengah melamun. Dengan tersenyum kaku, Hyun Jin mempersilahkan Rae hee untuk masuk.
Setelah menutup pintu kamarnya, Hyun Jin mengikuti Rae hee yang tengah duduk ditepi ranjangnya. Hyun Jin bisa melihat Raehee memungut guling Hyun Jin yang jatuh dilantai lalu meletakkannya dipangkuannya. Hyun Jin mengambil tempat disamping Rae hee; tangannya tak lepas mengusap telinganya; sikapnya jika sedang gugup. Ditambah lagi, saat ini Raehee sedang menatapnya dengan wajah yang penuh pertanyaan.
“Onnie, boleh aku bertanya sesuatu?”
Benarkan!
Hyun Jin mengangguk, “Ya, apa itu?”
“Sebenarnya apa hubungan kalian?”
Kening Hyun Jin berkerut, “Kalian?”
“Nde, Onnie dan Yesung Oppa. Apakah kalian pasangan kekasih?”
GLEK!
Hyun Jin mengalihkan tatapannya dari Raehee, tenggorokkanya mendadak sembelit; susah untuk menelan.
“Hahah….apa maksudmu, Hee-ya?” Hyun Jin malah tertawa sumbang. Pertanyaan macam apa itu! Batinnya pusing.
“Bukan apa-apa.” Raehee tersenyum lalu memegang tangan Hyun Jin setelah sebelumnya meletakkan guling yang dipegangnya. “Aku setuju jika Onnie berhubungan dengan Yesung Oppa.” Hyun Jin menganga; matanya menatap Raehee tak percaya. “Dia Oppa terbaik sekaligus pria terbaik dan Onnie adalah wanita terbaik yang cocok untuknya.” Hyun Jin masih belum mempercayai ucapan gadis polos didepannya.
Pria terbaik? Lelaki dingin dengan wajah tanpa ekspresi; jarang tersenyum dan sangat kaku. Apa itu termasuk definisi pria terbaik? Huh, Absolutely NOT!
***
Yesung memasukan cemilan kedalam mulutnya; mengunyah lalu menelannya. Mata sipit itu terlihat fokus pada siaran yang tengah ditayangkan di sebuah channel TV. Toples yang berisi cemilan itu tampak nyaman ditangan besarnya.
“Oppa..”
Suara wanita membuatnya harus mengalihkan pandangannya dari benda mati itu.
“Raehee? Duduklah,” ucap Yesung sambil meletakkan toples cemilan keatas meja.
“Ada apa, eum?” Yesung menatap adiknya dengan senyuman kaku. Setelah kejadian pemergokan malam itu, membuatnya merasa malu dan bingung didepan adiknya itu. Raehee menyadari senyum itu. Tidak pernah didapatinya senyum aneh itu dibibir Yesung sebelumnya.
“Aku tidak akan bertanya tentang kejadian itu.” Yesung menelan ludahnya dengan susah payah. Dia mencoba rileks dengan menyandarkan punggungnya disofa biru laut yang tengah mereka duduki dan mengalihkan pandangannya ke siaran TV.
“Lalu, apa yang ingin kau tanyakan, em?” Yesung kembali meraih toples yang ada diatas meja; mulutnya mencoba menelan cemilan yang mendadak berubah menjadi kerikil.
Rae hee juga ikut menyandarkan punggungnya malas lalu menghela nafasnya gusar. Ada sesuatu yang ingin dia utarakan namun itu juga yang membuatnya gugup
“O-oppa..?”
“Hmmm…” Yesung menggumam pelan namun bisa didengar Raehee. Mulut pria itu terlihat sesak dengan cemilan; pipinya terlihat mengembung. Matanya masih tetap fokus..ah bukan maksudnya berusaha untuk fokus pada siaran TV.
Raehee terlihat kesal melihat respon sang Oppa, bagaimana mungkin ekspresinya seserius itu melihat TV yang sedang menayangkan iklan susu untuk ibu hamil. Astaga!
“Oppa, apa kau sering membayangkan Hyun Jin Onnie setelah menciumnya??”
UHUK UHUK!!
“Oppa, gwencaha-yo???” Rae hee kaget melihat sang Oppa yang tersedak cemilannya.
Yesung menepuk-nepuk dadanya yang tersumbat cemilan. Dengan cepat tangannya menyambar jus yang ada dimeja; menghabiskannya dengan sekali teguk.
Nafasnya terengah-engah seperti habis lari sprint tiga kilometer. Pertanyaan Raehee membuatnya jantungan.
Dia tak menyangka adiknya yang polos bisa bertanya seperti itu.
Pertanyaan macam apa itu? Sepertinya dia harus mencari tahu siapa yang mengajarkan adiknya yang polos tentang hal-hal aneh itu.
Yesung bisa merasakan pipinya memanas. Telinganya pasti sudah merah semerah kain kirmizi.-,-
Raehee-ku yang polos kenapa jadi begini? Batinnya.
“Aishh, makanya kalau makan jangan melamun, Oppa!” gerutu Raehee sambil mengambil toples yang terjatuh dan membersihkan remah-remah cemilan yang bercecer dilantai dengan tissue.
“Hee-ya!”
“Nde?”
Raehee mendongkak menatap Yesung sambil mengibaskan tangannya dari debu. Dia kembali duduk disamping Yesung dengan kening berkerut saat melihat tatapan aneh dari Yesung.
“Sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Heechul?”
Kerutan dikening Raehee semakin bertambah, “Heechul? Nugu?”
“Pria yang semalam bersamamu.”
Oh jadi namanya Heechul.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa bersama?”
Gantian Raehee yang mendadak kejang. Bingung, gugup dan pipinya mengeluarkan semburat kemerahan. Dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Yesung.
“Tidak terjadi apapun. Bahkan aku tidak mengenalnya,” ucap Raehee sedikit kesal melihat tatapan menyelidik dari Yesung. “Itu semua juga karena kami melihat Oppa dan Hyun Jin Onny yang hampir…ya pokoknya aku tidak mengenalnya,” ucap Raehee bernada final tanpa menyadari wajah Yesung kembali merah saat mendengar kalimat Raehee.
Bocah ini!!
***
The Next Day,
Cheon-Dung Supermarket on 10.14AM
Hyun Jin berjalan penuh semangat menyusuri tiap rak-rak di supermarket dengan tangan mendorong troli yang hampir berisi bahan makanan. Rasanya sudah lama sekali dia tidak berbelanja seperti ini mengingat kejadian dimana dia harus ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Tak terasa kejadian iu sudah berlalu tiga bulan yang lalu. Dia tak menyangka bisa bertahan hidup; meski dia mengakui ini semua juga karena Si-Tuan-Kepala-Besar. Kalian tahu siapa yang dia maksudkan? Hahah..Hyun Jin terkekeh mengingat saat ini pria itu tengah berjalan dengan malas dibelakangnya. Dia tahu pria sejenis Tuan-Kepala-Besar itu pasti membenci hal-hal yang berhubungan dengan belanja. Mohon digaris bawahi!
Oke, Hyun Jin bisa lihat itu jika sesekali matanya pura-pura memilih-nmilih makanan yang ada di rak.
Alasan lain kenapa Hyun Jin untuk meninggalkan pria itu dibelakangnya sebenarnya bukan itu. Sederhana saja, jika dia melihat pria itu maka wajahnya akan memerah. Ya kalian tahu tentang kejadian tempo hari, bukan?
Tuhkan pipinya memerah lagi..
Haisshh..lupakan saja!
Sepertinya Yesung juga begitu. Mungkin juga sambil merutuki Nyonya Choi yang menyuruhnya menemani Hyun Jin belanja. Mengingat ari ini Choi’s family sedang mengadakan perjalanan ke daerah Kwango-do. Nyonyai Choi bilang mereka ingin mengadakan pertemuan dengan sahabat keluarga mereka; keluarga Kim.
Baiklah sepertinya aku tidak diminta untuk memikirkan itu, batinnya.
Meski malas, Yesung tetap mengikuti setiap langkah Hyun Jin. Dia tak habis pikir, kenapa setiap wanita rela menghabiskan waktu mereka dengan hal-hal menjenuhkan seperti ini. Gadis didepannya itu terlihat sangat bersemangat memasuki setiap barang-barang yang dipilihnya. Sesekali tangannya sibuk mengambil dan mengembalikan barang-barang itu ke rak.
Ck, menjenuhkan sekali!! Teriaknya dalam hati.
Yesung memalingkan wajahnya saat Hyun Jin menoleh padanya dengan alis yang bertaut. Pria itu menghela nafasnya bosaaaann.
Tanpa diketahui Yesung, Hyun Jin sudah menahan tawanya melihat ekspresi menyedihkan dari Tuan-Kepala-Besar itu.
Hahaha..sepertinya hari ini akan sangat menyenangkan!
Senyum jahil terukir dibibirnya.
***
Mobil mewah melintas dijalan tol menuju daerah Kwango-do. Raehee tengah menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Menikmati pemandangan luar yang lebih menarik perhatiannya. Tapi fokusnya bukan kesana. Pikirannya kembali pada pembicaraannya dengan Ahjumma Kim; Ahjumma kesayangannya. Dia masih ingat betapa gembiranya sang Ahjumma saat dirinya menerima tawaran wanita paruh baya itu untuk menjodohkan dirinya dengan putar tunggal keluarga Kim itu. Kenapa dia tidak menolak? Well, mengingat Raehee sangat menyayangi Kim Sohee; Ahjumma cantik kesayangannya itu. Tapi yang membuatnya masih berpikir adalah mengingat dirinya masih seorang mahasiswa. Ya, seperti yang bisa kita lihat, jika sudah ada perjodohan pasti ujung-ujungnya pasti menikah. Cepat atau lambat.
Menikah?? Married??
Punya suami??
Oh ayolah, aku masih dua puluh tahun dan mahasiswa!
Mmm..kalau pria itu tampan, baik hati dan hangat sepertinya tidak masalah tapii kalau sudah tua, jelek dan kasar, bagaimana???
Andwae!!
Nyonya Choi tersenyum ketika melirik putri tunggalnya yang sedang menggeleng-gelengkan kepalanya gusar. Dia tahu apa yang ada dipikran putri cantiknya itu.
“Kau berubah pikiran, chagi??”
Suara Nyonya Choi menyentak Raehee dari lamunanya. Gadis itu menatap Nyonya Choi lalu menggeleng ragu.
“Menurut Omma, apa anak Ahjumma Kim itu tampan, muda dan hangat??”
Nyonya kembali tersenyum. Inilah yang menjadi keraguan sang putri.
“Kau bisa bayangkan sendiri seperti apa Ahjumma Kim Sohee dan Ahjussi Kim Gunhee. Bukankah mereka cantik dan tampan, eo?”
Raehee kembali membayangkan wajah Ahjumma dan Ahjusiinya.
“Cantik dan tampan,” gumamnya pelan. Perlahan bibirnya mulai tersenyum. Dia tak bisa membayangkan bagaimana wajah putra keluarga Kim itu yang berpadukan unsur cantik dan tampan sekaligus.
Tunggu! Tampan dan cantik?? Sepertinya aku pernah melihat wajah seperti itu. Tapi dimana ya??
Ah paling kebetulan saja.
Ya…itu benar.
Baiklah, kekhawatiran itu sepertinya sudah terselesaikan. Raehee tersenyum manis dan bernafas lega.
Nyonya Choi hanya tersenyum sambil melirik Tuan Choi dari kursi pengemudi yang juga tersenyum melihat senyum manis putrinya.
***
Hyun Jin dan Yesung tengah mengantri di meja kasir. Hyun Jin tampak memeriksa setiap belanjaannya, Yesung yang berdiri tepat dibelakangnya hanya berdiri dengan malas dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya.
Tangan Hyun Jin berhenti memeriksa setiap barangnya yang ada di troli. Dengan ragu dia berbalik pada Yesung. Menatap pria itu dengan ragu membuat Yesung yang merasa diperhatikan membalas tatapan gadis itu. “Mwo? Kau mau bilang aku tampan agar aku mau membayar belanjaanmu itu, eo? Tidak perlu, karena aku memang tampan.”
Hyun Jin berdecak sebal; memandang prihatin pada Tuan-Kepala-Besar itu.
Pria aneh!
Hyun Jin berdehem pelan; matanya melirik antrian di meja kasir yang kini menyisakan satu pelanggan lagi; itu berarti sebentar lagi gilirannya.
“Bukan begitu. Mm..bolehkah aku minta tolong padamu?” ucap Hyun Jin ragu. Yesung kembali menatap Hyun Jin dengan wajah bertanya. Hyun Jin mengjembuskan nafasnya gugup mengingat saat ini tubuhnya yang menghadap Yesung dalam jarak yang cukup dekat. Yesung mengerjapkan matanya tak percaya saat Hyun Jin melambaikan tanganya; yang meminta Yesung untuk lebih dekat padanya. Mungkin malaikat dalam hatinya sedang beraksi membuat Yesung mendekat dan perlahan menunduk saat Hyun Jin menyuruhnya. Yesung gugup saat dia merasakan nafas Hyun Jin ditelinganya. Gadis itu berbisik ditelinga dan itu cukup ampuh membuat denyut jantungnya menggila namun bertambah gila saat dia mendengar isi bisikan wanita itu. “MWOO!!” teriaknya kencang dan reflek menjauhkan dirinya dari Hyun Jin. Matanya terbelalak menadakan ketidakpercayaannya pada permintaan tolong gadis itu. Dia berdehem pelan dan membungkuk singkat pada saat menyadari suaranya terlihat mengundang perhatian orang. Matanya kembali menatap gadis itu dan jantungnya kembali berdenyut cepat bahkan dia mencoba mempercayai penglihatannya.
Ekspresi apa itu??
“Jebal. Kalau aku yang mengambilnya maka akan lebih lama.” Hyun Jin mengarahkan pandangannya pada meja kasir. “Kita akan menunggu lagi.”
Hyun Jin menatap Yesung dengan wajah melas dan membentuknya se-innocent mungkin. Selama ini ekspresi itu adalah keahliannya dan sepertinya saat ini adalah waktu yang tepat menunjukkannya pada si Tuan-Kepala-Besar itu.
Sial, umpat Yesung. Saat ini dia sudah berdiri diantara rak yang berisi barang permintaan gadis itu. Matanya memandang kaku sekelilingnya. Dia bisa lihat wanita-wanita disekitarnya tersenyum melihat tingkahnya. Yesung menggeram kesal; dengan cepat mengambil barang yang berbungkus plastik pink itu; mencoba mengabaikan pandangan geli dari pengunjung wanita.
“Ehh…” Yesung tersentak saat membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang ahjumma berdiri dibelakangnya sambil tersenyum geli. “Beruntung sekali wanita memiliki pria sepertimu,” ucapnya sambil berlalu. Meninggalkan Yesung dengan muka merah padam sambil mencengkram erat bungkusan itu.
—
Hyun Jin yang sedang membayar dimeja kasir tertawa geli dan membuat wanita penjaga kasir memandangnya aneh; namun dia tak peduli. Hatinya bahagia bisa mengerjai pria itu. Bayangan bentuk wajah Yesung yang memerah dan tegang terlihat lebih hidup dimatanya; setidaknya itu adalah salah satu ekspresi manusia. Bukan begitu? Hahahha..
Dan satu penemuan lagi, sekarang dia punya jurus ampuh untuk membuat pria itu tidak menolaknya.
Ahahahh..
***
Hyun Jin masih belum bisa menahan senyum gelinya melihat bentuk wajah Yesung. Gadis itu bisa melihat telinga Yesung yang sedikit memerah karena menahan geram.
“Kau puas mempermalukanku, hah?”
Hyun Jin berdehem pelan. Memasan ekspresi sedatar yang ia bisa meski dia hampir meledak melihat wajah kesal Yesung yang sangat langka dimatanya. Hyun Jin mencoba mensejajarkan langkahnya pada Yesung saat ini mereka bersiap keluar dari supermarket dengan dua bungkus plastik putih di tangan Hyun Jin dan satu plastik ditangan Yesung.”Aku tidak mempermalukanmu. Aku kan hanya minta tolong.”
Hyun Jin menghentikan langkahnya saat Yesung memandangnya; membuat Hyun Jin sedikit gugup melihat mata sipit itu, “M-mwoo??”
Yesung menghela nafas sambil membuang pandangannya sejenak lalu kembali menatap Hyun Jin, “Jangan pernah menunjukkan wajah (ekspresi) seperti itu lagi dihadapanku. Arra!”
Yesung kembali berjalan; meninggalkan Hyun Jin yang melongo ditempat.
Aku bisa gila, batin Yesung frustasi.
“Hyun Jin-ssi!!”
Hyun Jin tersadar dari lamunannya dan mencari sumber suara yang baru saja memanggilnya dan matanya menangkap pria tampan dengan mata sipit-meski lebih sipit si Tuan-Kepala-Besar- dari arah pintu masuk supermarket. Dia bisa lihat pria itu melambaikan tangannya pada Hyun Jin ; gadis itu tersenyum, “Zhoumi-ssi?”
Pria itu berjalan menghampirinya setelah sebelumnya berpapasan melewati Yesung yang meliriknya tajam. Dirinya yang lain mulai bangkit saat dia membalikkan badan untuk melihat pertemuan pasangan itu. Matanya menangkap senyum manis dibibir Hyun Jin yang ditunjukkan pada pria itu.
“Cihh~”
Baru saja dia ingin meninggalkan tempat itu; tapi suara gadis itu menghentikannya.
“Yesung-ei.”
Jarak mereka yang tidak jauh membuat Yesung bisa mendengar percakapan mereka. Tanpa membalikkan badannya Yesung tahu pasangan itu sedang berjalan kearahnya. Dia mengalihkan tatapanya saat dia merasa tangan hangat Hyun Jin menyentuh lengannya.
“Kenalkan, dia teman baruku, Yesung-ei.”
“Annyeong. Zhoumi imnida.” Pria Cina itu membungkuk sambil tersenyum.
Mendengar itu; dengan malas Yesung menatap pria itu, “Kim Jong Woon.”
Padat, singkat dan jelas.
Hyun Jin hanya memandang sebal pada Yesung.
Tidak sopan, batinnya.
“Untuk pertemuan ini, apa kalian ada waktu untuk makan siang bersama?” Zhoumi melirik arlojinya sejenak. Yesung ingin menjawab namun Hyun Jin memotongnya, “Tentu saja. Aku rasa Tuan Kim juga setuju. Bukan begitu, Tuan Kim?” Hyun Jin tersenyum sumbang pada Zhoumi lalu memandang Yesung dengan tatapan ampuhnya; Yesung hanya berdecak sebal. Hyun Jin tersenyum puas.
Berhasil!
“Kajja!” ajak Zhoumi.
***
Flau da Cafe
12.04PM
Suasana cafe terlihat ramai menyadari saat ini memasuki jam makan siang. Pelanggan cafe mulai memadati bangku-bangku dalam cafe. Di meja nomor tujuh, tiga anak manusia sedang menyantap makanannya dengan sesekali mengobrol. Senyum pun terpatri disana. Ah bukan tiga, melihat anak manusia yang satu hanya diam. Seolah itu bukanlah dunianya. Tangannya menusuk kasar daging yang teronggok dipiring putihnya. Dia membenci situasi seperti ini. Membenci setiap senyum yang ditunjukkan gadis dihadapannya pada pria disebelahnya.
Hyun Jin tertawa sesekali mendengar banyolan Zhoumi; pria hangat yang selalu tersenyum. Berbeda dengan pria duduk dihadapannya; si Tuan-Kepala-Besar yang kaku, dingin dan sulit ditebak. Namun entah mengapa setiap berada didekatnya, Hyun Jin merasa hatinya menghangat. Meski terlihat cuek, pria itu sebenarnya sosok yang peduli. Itu bisa dirasakan Hyun Jin selama tiga bulan belakangan ini. Hyun Jin tersenyum melihat ekspresi yang ditampilkan wajah pria itu. Mengerti pria itu terlihat kurang nyaman dengan kehadiran Zhoumi namun Hyun Jin masih punya hati untuk menghargai tawaran Zhoumi yang mengundang mereka makan siang. Dia juga bingung dengan perasaannya hari ini yang merasa selalu ingin tersenyum melihat ekspresi Yesung.
“Hyun Jin-ssi..??”
‘Sepertinya aku mulai bermasalah dengan hatiku..’ batin Hyun Jin dengan mata yang melirik pada Yesung yang menatap malas piringnya.
“Hyun Jin-ssi?”
“Nde??”
Suara Zhoumi menuntut kesadarannya
dan langsung menatap cepat pada Zhoumi. Zhoumi meletakkan garpunya lalu meneguk jus-nya habis lantas menatap Hyun Jin dengan senyum, “Kau sedang melamun, em?” Hyun Jin turut meletakkan garpunya dengan kaku sambil menggaruk telinganya. Dia bisa lihat makanan diatas piringnya sudah tidak berbentuk; merutuki kebodohannya yang malah asyik tersenyum membayangkan Tuan-Kepala-Besar itu. Berharap semoga Zhoumi dan pria itu tidak memperhatikan tingkahnya tadi.
‘Babo-ya!!’
Baru saja Hyun Jin ingin menjawab; suara dering ponsel Yesung yang tergeletak dimeja menginterupsi mereka. Yesung menatap Hyun Jin dan Zhoumi bergantian seolah meminta izin. Zhoumi tersenyum; Hyun Jin mengernyit melihat ekspresi tegang Yesung saat menerima panggilan itu.
“Yoboseyo..”
“………”
“Nde..aku segera kesana.”
Yesung menutup flip ponselnya lalu berdiri. “Aku harus pergi. Terimakasih untuk makan siangnya, Zhoumi-ssi. Bisakah kau mengantar Nona Jung pulang?” Zhoumi mengangguk; Yesung beralih menatap Hyun Jin, “Maaf aku tidak bisa pulang bersamamu. Aku pergi. Annyeong~” Yesung beranjak pergi setelah memberikan bungkusan plastik yang tadi dipegangnya.
Hyun Jin menatap punggung Yesung yang mulai menjauh; dinding cafe yang terbuat dari kaca membuat Hyun Jin masih bisa melihat Yesung menyeberang untuk mencapai parkiran mobilnya disekitar supermarket; Flau da cafe yang terletak diseberang supermarket itu.
Hyun Jin menghela nafasnya; merasa ada sesuatu yang kurang ketika tak ada Yesung disekitarnya; bukan berarti dia tidak nyaman disamping Zhoumi; hanya saja sesuatu yang hilang itu tidak ditemukannya didekat Zhoumi.
“Apa kau ada acara besok?”
Hyun Jin mengalihkan pandangannya pada Zhoumi, “Besok?? Hyun Jin terlihat berpikir lalu menggeleng, “Sepertinya tidak. Wae??”
Zhoumi tersenyum, “Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”
***
Boulecard Residence, 407 Cheon-Dung Street.
Choi’s Family House on 10.08PM
Hyun Jin menyandarkan punggungnya malas pada sofa biru laut milik keluarga Choi. Sesekali dia menguap; matanya memerah. Berkali-kali dia melirik jam dinding dirumah itu.
“Aisshh~kenapa dia belum pulang juga??”
Hyun Jin kembali menguap; rasa ngantuk sudah menyergapnya namun dia masih menunggu seseorang yang belum pulang. Yesung.
Sampai saat ini, pria itu belum juga menunjukkan kepala besarnya itu.
Park Ahjumma sudah tidur, tadinya dia ingin menemani Hyun Jin menunggu Yesung, namun karena melihat wajah lelah wanita tua itu, dia menyuruh wanita itu untuk pergi tidur.
Saat ini hanya Hyun Jin sendiri yang berada diruang tamu rumah mewah milik keluarga Choi; mengingat keluarga pemilik rumah sedang berada diluar kota.
Hyun Jin membaringkan tubuhnya di sofa. Matanya mencoba terbuka untuk menonton siaran yang ditayangkan di TV. Perlahan mata Hyun Jin terpejam; pikiran sejenak melayang pada ekspresi memerah Yesung saat disupermarket tadi.
Kalian mau tahu apa itu??
Ya..Hyun Jin meminta Yesung untuk mengambil pembalut!
Hahahha..
Tanpa sadar Hyun Jin tersenyum dalam tidurnya dan mulai masuk kedalam dunia mimpi.
Good night, Jung Hyun Jin.
***
Boulecard Residence, 407 Cheon-Dung Street.
Choi’s Family House on 08.00AM
Hyun Jin menggeliat pelan dari tidurnya. Tubuhnya terasa pegal. Matanya bergerak-gerak menuntut untuk terbuka dan dia mengerjap pelan; membiasakan cahaya matahari pagi yang masuk melalui jendela rumah besar itu. Kesadaran mulai terkumpul saat dia ingat; bahwa dirinya ketiduran di sofa karena menunggu pria itu.
Apa dia sudah pulang?
Kenapa tidak membangunkanku?
Rutuknya dalam hati sambil bangkit berdiri. Kakinya melangkah menuju kamar pria itu. Bodoh, karena dia mengkhawatirkan si Tuan-Kepala-Besar itu namun entah mengapa dia merasa harus mengakui perasaan itu.
Rasa kecewa saat melihat kamar pria itu masih kosong. Bahkan seprai-nya tak kusut seujung jari pun. Aroma maskulin yang mengudara didalam kamarnya membuat Hyun Jin merindukkan keberadaan pria itu. Dengan malas Hyun Jin menutup pintu kamar pria itu; lalu menyandarkan punggungnya pada pintu kamar berwarna coklat susu itu. “Kau dimana??” gumamnya, tersirat rasa kecewa disana.
Hyun Jin menegakkan tubuhnya saat ponselnya bergetar dari saku celana pendeknya, dengan cepat dia mengangkatnya namun wajahnya berubah lesu karena itu bukan panggilan dari seseorang yang ditunggunya.
“Yobboseyo…”
“Nde, yoboseyo Zhoumi-ssi..”
“Baru bangun tidurkah?”
“Annio..”
“Aku akan menjemputmu jam 9. Jadi bersiap-siaplah, Nona Jung.”
Terdengar kekehan dari seberang membuat Hyun Jin tersenyum tipis.
“Aku tahu.”
“Annyeong..”
“Nde…”
Sambungan terputus. Hyun Jin menatap pintu kamar Yesung sebelum akhirnya masuk kedalam kamar pribadinya; bersiap-siap untuk pergi bersama Zhoumi walaupun sebenarnya Hyun Jin tidak mengiyakan namun Zhoumi menganggap sikap diam Hyun Jin telah mengiyakan ajakannya.
***
Hyun Jin menuruni anak tangga dengan buru-buru akibat suara nyaring bell rumah. Hyun Jin tampak manis dengan dress hijau selutut; flat shoes senada juga menutup kakinya dia tidak memakai heels karena tidak ingin kesulitan berjalan saat bersama Zhoumi.
Tangan Hyun Jin meraih kenop pintu dengan cepat, “Zhoum– Ye-yesung…” Hyun Jin tercekat ditempat. Pria yang ditunggunya akhirnya pulang juga. Rasa lega menelusup hatinya; manik mata sipit itu menatapnya teduh. Namun ada yang berbeda dengan penampilan pria itu; terlihat sedikit….kacau. Kantung mata pria itu tampak lebih gelap dari biasanya.
Yesung menatap sayu pada gadis dihadapannya. Ada rasa nyeri melihat wajah gadis yang entah sejak kapan membuatnya ingin terus menatap wajah itu. Merasakan harum tubuh yang menjadi candu baginya. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri membiarkan gadis itu pulang bersama pria lain. Dan saat ini, gadis itupun mengharapkan kedatangan pria itu bukan….dirinya. Yesung tertawa miris dalam hati. Bibirnya tersenyum pahit namun sebisa mungkin dia menahan gejolak itu.
Pikirannya kembali mengingat pertemuannya kemarin dengan seseorang yang membuatnya melangkah hingga sejauh ini. Bertemu Hyun Jin, merasakan sesuatu yang menuntunnya bekerja diluar otaknya. Perasaannya pada gadis itu terasa begitu menyesakkan; obrolannya dengan sosok yang dia temui semalam menyadarkan dirinya tentang tujuan dan rencana awalnya dan itu membuatnya mengerang frustasi hingga dia menghabiskan malam di meja bar.
Menitikberatkan kebodohannya yang sudah diluar rencana. Membiarkan dirinya mengikuti tuntunan hatinya; meski dia sudah mencoba melawan namun percuma rasa itu telah tumbuh. Bodoh membiarkan dirinya jatuh cinta….sepertinya dia harus mengakui perasaan itu dalam hatinya dan dia berharap gadis itu mau menunggunya sampai dia siap untuk menjelaskan semuanya pada gadis itu.
“Mianhae…” ucapnya lirih, dengan gontai dia berjalan melewati Hyun Jin yang terdiam ditempat. Mulai menapaki setiap anak tangga dengan tenaga yang tersisa. Berusaha tidak berbalik untuk mengatakan jangan pergi; dia membenci kenyataan bahwa gadis itu sudah menunggu pria lain namun rasa bersalah itu membuatnya harus tahu tentang posisinya.
—
Hyun Jin tercekat; menatap tak percaya pada Yesung; pria itu tampak putus asa “Mianhae..” Kalimat itu terasa aneh ditelinganya.
Senyum itu..ada apa dengan senyumnya?? Aku membenci dia tersenyum seperti itu! Teriak Hyun Jin dalam hati.
Tubuhnya seperti kaku saat Yesung melewatinya begitu saja; dadanya bergemuruh saat indra penciuman Hyun Jin menangkap aroma Yesung…aroma pria itu juga berbeda..ini aroma….alkohol..
Hyun Jin menelan ludahnya dengan susah payah. Tidak mempercayai bahwa pria itu..mabuk.
Tapi..tapi kenapa??
Sebenarnya apa yang terjadi padanya??
Hyun Jin hendak berbalik menyusul Yesung namun suara klakson mobil menyadarkannya. Dia melihat Zhoumi melambaikan tangannya dengan senyum.
“Hyun Jin-sii!!”
Hyun Jin bingung, rasanya dia ingin menemani Yesung dan melihat keadaannya tapi..dia sudah terlanjur berjanji pada Zhoumi.
Ottokhae??!!
***
Selama menemani Zhoumi yang ternyata mengajaknya berkunjung ke Villa keluarganya, dia terus mencoba fokus pada setiap obrolan mereka. Tapi nihil, saat ini pikirannya hanya berpusat pada si Tuan-Kepala-Besar.
Dia mengakui kegelisahannya; tidak peduli tentang tatapan aneh dari Zhoumi yang merasakan keanehan gadis itu; yang dia tahu dia hanya ingin sampai dirumah dengan cepat.
Zhoumi melirik Hyun Jin yang duduk gelisah disampingnya. Dia menyadari sejak awal, gadis itu terlihat berbeda dari biasanya. Responnya hanya menjawan ‘ya’ dan ‘tidak’ lalu tertawa yang kedengaran hambar ditelinga Zhoumi. Dia ingin bertanya namun diurungkan melihat kedekatan mereka belum mencapai titik maksimum. Membiarkan gadis itu dengan lamunannya.
***
Hyun Jin melangkahkan kakinya memasuki rumah besar itu. Kakinya baru saja menginjak anak tangga pertama saat matanya menangkap siluet tubuh pria yang saat ini dikhawatirkannya. Perlahan kakinya membawa dirinya menuju pria itu. Pria yang sedang menelungkupkan wajahnya di meja makan. Hyun Jin mengernyit ketika aroma alkohol menyentil indra penciumannya; dengan cepat dia mendekati pria itu. Hyun Jin bisa mendengar pria itu bergumam tidak jelas.
Sejak kapan pria ini jadi pemabuk?
Sedikit ragu, Hyun Jin menyentuh bahu Yesung namun pria itu bergeming.
“Ye-yesung…” Hyun Jin menggoncang pelan bahu pria itu berharap pria itu mengangkat kepalanya.
Nihil.
Pria itu tampaknya sudah terlelap.
Hyun Jin menghela nafasnya pelan, lalu perlahan mengalungkan lengan pria itu kelehernya dan tangannya menuntun pinggang pria itu untuk berdiri.
Kepala Yesung yang terkulai dibahu Hyun Jin membuat Hyun Jin menaikkan sudut hidungnya; mencium aroma alkohol yang dibencinya.
Dengan tertatih-tatih Hyun Jin membawa Yesung kekamar pria itu. Membaringkan tubuh Yesung. Tubuh yang selama ini terlihat kuat dan hangat kini tampak rapuh. Hyun Jin menyelimuti tubuh pria itu. Tangannya terulur begitu saja menyentuh wajah pria itu; merapikan helaian anak rambut yang menutupi dahi besar Yesung. Diusapnya pelan pipi putih Yesung; Hyun Jin merasa sakit melihat perubahan pria itu, “Ada apa denganmu? Kau bukan Yesung yang ku kenal..”
Hyun Jin mulai merasa aneh semenjak Yesung menerima telpon siang itu.
Yesung menggeliat dari tidurnya saat dia merasa sesuatu yang lembut menyentuh wajahnya. Lembut dan menenangkan namun rasa penasaran menuntutnya untuk membuka matanya.
Yesung meringis pelan saat sakit mendera kepalanya; mengumpat kesal karena dengan bodohnya menyentuh minuman menjijikan itu lagi. Mata sipitnya mengerjap pelan mencoba melihat sosok yang tengah duduk ditepi ranjangnya. Suasana lampu yang sedikit redup membuatnya harus memicingkan matanya dan kaget saat mendapati Hyun Jin sedang membelai wajahnya.
Hyun Jin yang menyadari Yesung bangun, dengan cepat menjauhkan tangannya dari wajah Yesung. Untung cahaya lampu temaram yang menyamarkan semburat merah yang keluar dari pipinya.
Yesung memegangi kepalanya yang masih terasa sakit sambil berusaha bangun dari tidurnya. Menopang berat tubuhnya dengan siku kanannya.
Hyun Jin segera berdiri, “Mianhae telah mengganggu tidurmu. Aku pergi. Selamat malam.”
“Hyun Jin…”
Langkah Hyun Jin yang hampir mencapai pintu terhenti. Jantungnya memompa cepat; dia tidak mempercayai pendengarannya.
Hyun Jin??
Benarkah Yesung memanggilnya begitu??
Ini kali pertama Yesung memanggilnya dengan nama itu.
“Hyun Jin…” suara parau Yesung serasa makin dekat; Hyun Jin tahu itu, jantungnya berdenyut cepat dan mendadak berhenti ketika tangan kekar itu melingkar dipinggangnya. Hyun Jin merasa lupa untuk bernafas; berusaha menghirup oksigen yang rasanya raib entah kemana. Dia bisa merasakan nafas Yesung dilehernya membuatnya bergidik.
“Ye-yesung..ada apa dengan..mu?”
Hyun Jin berusaha mengeluarkan suaranya dengan susah payah. Tubuhnya masih terpaku ditempat.
Yesung menyesap aroma tubuh gadis itu.
Nyaman, batinnya.
Perlahan Yesung melepaskan pelukannya dan Hyun Jin membiarkan Yesung membawanya menghadap pada tubuhnya. Iris mereka bertemu. Hyun Jin menatap mata sayu Yesung.
“Kau bisa ceritakan apa yang terjadi padaku.. Ye-yesung..”
Yesung menatap sejenak pada gadis itu dan perlahan melepaskan tangannya pada lengan Hyun Jin lalu berbalik.
Mianhae, ini belum saatnya, batinnya.
“Wae?? Kenapa kau tidak ceritakan masalahmu padaku?” Hyun Jin merasakan sesak saat Yesung berjalan menjauh. Matanya memanas. “Aku tahu aku bukan siapa-siapa untukmu, bukan saudaramu, bukan sahabatmu dan akuu..aku juga bukan seseorang yang…yang istimewa dihatimu.” Airmata itu mengalir deras dipipi Hyun Jin. Hyun Jin menunduk berusaha menyembunyikan isakan dan airmatanya. Sia-sia. Hancur sudah pertahanannya. “Aku bukan siapa-siapa untukmu. Aku tahu itu, Yesung.”
Perih..lidahnya kelu saat mengucapkan kalimat terakhir.
Hyun Jin bisa merasakan tangan Yesung menyentuh dagunya. Matanya melihat samar wajah Yesung akibat airmata yang menumpuk di pelupuk matanya. Bibirnya bergetar menahan isakannya.
Yesung merutuki dirinya saat melihat cairan bening menetes keatas tangannya yang menyentuh dagu gadis itu. Dadanya sesak melihat kristal bening itu. Otaknya lelah untuk menahan rasa frustasi. Yesung melihat kristal bening mengalir dipipi gadis itu lalu menciumnya, menyesap rasa asin dari kristal itu. Hyun Jin hanya memejamkan matanya menerima sentuhan lembut bibir Yesung dipipinya. Dadanya bergemuruh hebat.
Yesung kembali menatap Hyun Jin yang menatapnya teduh. Bibir gadis itu tampak melengkungkan senyum dan Yesung merasa sesuatu menggelitik perutnya. Bahagia, akhirnya dia bisa mendapat senyum indah milik gadis itu.
Dengan cepat dia menyambar bibir Hyun Jin. Menarik tubuh gadis itu kepelukkannya. Menyesap lebih dalam aroma yang membuatnya kecanduan. Mencium gadis itu frustasi.
Hyun Jin tak menolak saat pria itu menciumnya sedikit kasar. Dia tahu ciuman kali ini terasa berbeda; ciuman frustasi. Ini..dia merindukan pria ini dalam hatinya. Setiap sentuhan pria itu membuatnya nyaman. Meski airmata masih menetes dari sudut matanya namun senyum dihatinya telah tercipta.
Kedengarannya gila, namun dia memang merindukan pria ini. Merindukan feromonnya.
Bibir Hyun Jin makin tersenyum ketika mendengar bisikan Yesung disela-sela ciumannya meski dia tahu Yesung dalam keadaan sedikit mabuk namun dia yakin ucapan pria itu tulus dan jujur, “Bogoshipo-yo…”
(Kyuhyun : The Way to Break Up)
To Be Continued….